Bila menggunakan perhitungan geometri, dapat diketahui bahwa K2-18b menerima sekitar 1,22 kilowat (kW) tenaga surya per meter persegi.
Kondisi tersebut mirip dengan 1,36 kW cahaya yang diterima manusia di Bumi.
Baca juga: Mengenal 5 Planet Kerdil di Tata Surya, Apa Saja?
Soal zona laik huni, ilmuwan menemukan tanda uap air pada K2-18b menggunakan teleskop Hubble pada 2019.
Ilmuwan mengatakan, air dalam bentuk cair mungkin ada di permukaan K2-18b. Saat ini, mereka juga memperkirakan ada lautan besar di planet tersebut.
Selain itu, James Webb Space Telescope (JWST) juga mengidentifikasi karbon dioksida, metana, dan senyawa seperti dimetil sulfida (DMS) di atmosfer K2-18b.
Keberadaan DMS menarik untuk diperhatikan karena di Bumi senyawa ini diproduksi oleh ganggang.
Namun, belum diketahui secara pasti bagaimana DMS bisa diproduksi secara alami di K2-18b tanpa adanya kehidupan.
Baca juga: Astronom Temukan Planet Seukuran Bumi, Layak Huni?
Kandungan air hingga DMS yang ditemukan di K2-18b mengindikasikan bahwa planet ini menjadi tempat yang tepat untuk menemukan kehidupan asing.
Namun, upaya untuk mencari kehidupan di sana tidak semudah yang dibayangkan.
Metode yang digunakan untuk mengetahui apa yang ada di atmosfer exoplanet melibatkan cahaya dari sumber yang berbeda (biasanya bintang atau galaksi) yang melewati tepi atmosfer yang kemudian bisa diamati oleh manusia.
Senyawa kimia apa pun akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang kemudian bisa diidentifikasi.
Baca juga: Apakah Fenomena Aurora Bisa Terjadi di Planet Lain? Berikut Penjelasannya
Selain metana dan air, K2-18 b juga diperkirakan mengandung karbon dioksida, sebagaimana dilansir dari USA Today.
Ilmuwan mengatakan, ukuran K2-18b lebih besar dari Bumi namun ukurannya tidak melebihi Neptunus.
Selain itu, planet tersebut juga tidak seperti planet-planet lain yang ada di Tata Surya.
Karena tidak ada planet terdekat yang memiliki ukuran yang sama, ilmuwan mengatakan kondisi atmosfer K2-18b masih menjadi misteri bagi para astronom yang sedang mendiskusikan kondisi atmosfernya.
Dalam pencarian kehidupan di exoplanet, ilmuwan berfokus pada planet berbatu yang lebih kecil, kata Nikku Madhusudhan, astronom di University of Cambridge.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.