Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Mengapa Generasi Z Begitu Rapuh?

Kompas.com - 13/09/2023, 13:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini tercermin dari hasil survei Financial Fitness Index 2022 yang dirilis OCBC NISP bekerja sama dengan NielsenIQ Indonesia. Hasilnya, 78 persen generasi muda yang mulai berinvestasi, justru tidak memahami cara kerja dan risiko produk investasi.

Selain itu, hanya 9 persen dari mereka yang memiliki produk investasi seperti reksadana, saham, dan tabungan berjangka.

Dari aspek perencanaan keuangan, 80 persen anak muda belum mencatat anggaran belanja atau pengeluarannya. Dari jumlah anak muda yang telah menyusun penganggaran, baru 8 persen anak muda yang menggunakan uangnya sesuai dengan anggaran yang dibuat.

Dalam konteks literasi dan edukasi keuangan, ini merupakan indikasi kuat bahwa preferensi waktu generasi muda masih relatif tinggi.

Maka tak heran, ada yang rela merogoh kocek jutaan hingga puluhan juta rupiah untuk kesenangan sesaat (momentary), seperti berbagai liburan dan hiburan mewah, daripada belajar berinvestasi atau hal-hal yang bermanfaat dalam jangka panjang.

Itu sebabnya, banyak dari mereka rentan terjebak investasi bodong, judi online, dan berbagai penipuan.

Padahal, fenomena investor pasar modal yang didominasi oleh generasi muda menandakan potensi besar jika mereka diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan finansial yang memadai.

Mereka perlu diarahkan dan diberi pemahaman bahwa literasi dan edukasi pengelolaan sumber daya tidak hanya berperan dalam kesiapan finansial, tetapi juga memiliki dampak positif dalam meredakan kecemasan sepanjang perjalanan kehidupan seseorang.

Maka dari itu, sangat penting mengintensifkan peran orangtua dalam membentuk preferensi (pilihan) dan tindakan anak.

Titik fokus interaksi antara pilihan anak dan pandangan orangtua terletak pada transmisi keterampilan kesabaran dan pengelolaan emosional. Ini akan sangat bergantung pada tipe pola pengasuhan orangtua.

Orangtua tipe altruistik cenderung mengikuti semua keinginan anak. Pola ini sangat berisiko membentuk mental anak yang lemah dan relatif tidak sabar.

Sedangkan orangtua tipe paternalistik cenderung membimbing anak agar memiliki banyak pertimbangan untuk masa depan, terutama memberi pemahaman soal risiko dan konsekuensi setiap tindakan.

Pola pengasuhan ini sangat membantu dalam membentuk preferensi waktu anak agar lebih sadar finansial, mampu menghadapi tekanan konsumerisme, dan selalu optimistis akan masa depan.

Selain itu, peran lingkungan sekolah juga sangat penting membentuk preferensi waktu generasi muda.

Melalui kebijakan Kemdikbudristek tentang kurikulum merdeka dan merdeka belajar, sudah saatnya pemerintah memberikan ruang edukasi keuangan dan pengenalan karier yang memadai pada generasi muda untuk memahami gambaran dunia masa depan yang kelak akan mereka jalani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com