Beda dari in vitro, uji in vivo dilakukan untuk melihat reaksi tubuh organisme hidup secara keseluruhan dalam merespons suatu zat dalam produk tertentu.
Segi positifnya, in vivo akan menghasilkan informasi tentang efek zat atau perkembangan penyakit sesuai dengan kondisi organisme hidup. Ini membuat keamanan produk medis lebih terjamin.
Sayangnya, studi in vivo berpotensi menghasilkan kegagalan karena pengaruh proses metabolisme tubuh. Obat yang bekerja saat pengujian di laboratorium ternyata tidak berefek di tubuh manusia.
Meski begitu, uji in vivo biasanya tetap dilakukan ke hewan seperti tikus percobaan. Jika calon produk kelihatan aman dan efektif bekerja dalam penelitian in vitro dan hewan, peneliti akan menerapkannya pada manusia lewat uji klinis.
Jika hasil dari kedua proses uji tersebut aman dan efektif, produk baru bisa diproduksi secara massal untuk publik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.