Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Universitas Stanford Mundur karena Dugaan Manipulasi Penelitian

Kompas.com - 22/07/2023, 08:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rektor Universitas Stanford, AS Marc Tessier-Lavigne memutuskan mengundurkan diri setelah tersandung skandal dugaan manipulasi hasil penelitian beberapa makalah selama dua dekade.

Keputusan mundur tersebut ia sampaikan setelah Stanford merilis laporan setebal 95 halaman terkait tuduhan penipuan makalah tersebut pada Rabu (19/7/2023) pagi.

"Tessier-Lavigne akan mengundurkan diri mengingat laporan dugaan tersebut dan dampak terhadap kemampuannya untuk memimpin Stanford," ujar Ketua Dewan Pengawas Stanford Jerry Yang.

Dugaan manipulasi hasil penelitian tersebut termasuk hal serius karena dialami pemimpin salah satu universitas terbaik di dunia. 

QS World University Rankings 2024 menempatkan Universitas Stanford sebagai kampus terbaik kelima di dunia.

Baca juga: Penelitian: Otak Remaja 3 Tahun Lebih Tua sejak Pandemi Covid-19

Diberitakan The Stanford Daily Rabu (19/7/2023), Tessier-Lavigne diduga terlibat manipulasi 12 penelitian pada 2001, awal 2010, 2015-2016, dan Maret 2021. Dia disebut menjadi penulis utama di lima makalah yang terlibat.

Meski sudah mengumumkan pengunduran dirinya, Tessier-Lavigne baru akan mengundurkan diri secara efektif pada 31 Agustus 2023.

Dia kemudian akan mencabut atau mengeluarkan koreksi terhadap makalahnya. 

Selepas pengunduran diri Tessier-Lavigne, mantan dekan Richard Saller akan menjabat sebagai rektor sementara.

Baca juga: Kisah Perjuangan Irawati Puteri, Pernah Jadi SPG Nugget, Kini Diterima Kuliah di Stanford University


Makalah yang diduga dimanipulasi

Makalah Tessier-Lavigne yang hasil penelitiannya diduga dimanupulasi termasuk penting bagi dunia akademik.

Rektor Stanford sejak 2016 itu merupakan ahli saraf yang memimpin beberapa laboratorium penelitian di AS.

Salah satu makalahnya pada 2009 mengklaim telah menemukan penyebab degenerasi saraf pada pasien Alzheimer. Penelitian ini bahkan sering disebut sebagai penemuan paling penting terkait Alzheimer selama 20 tahun terakhir.

Dikutip dari NBC News Kamis (20/7/2023), makalahnya yang menjadi skandal menampilkan adanya gambar yang dimanipulasi. Selain itu, ada juga penelitian yang dibuat di laboratoriumnya yang diduga dimanipulasi.

Namun, Tessier-Lavigne dianggap kurang baik mengawasi penelitian yang dilakukan di tempatnya serta orang yang terlibat memanipulasi penelitian. Ia juga disebut tidak cukup agresif mengoreksi data yang salah setelah dipublikasikan.

Hal ini dapat memengaruhi kredibilitas Tessier-Lavigne sebagai peneliti dan laboratorium penelitian yang ia pimpin.

Baca juga: 20 Universitas Terbaik di Dunia 2023 Versi THE Impact Rankings, Ada dari Indonesia

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com