Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hanif Sofyan
Wiraswasta

Pegiat literasi di walkingbook.org

Cara Kreator Memanfaatkan AI untuk Produksi Konten

Kompas.com - 15/07/2023, 13:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SENIMAN asal Jerman, Boris Eldagsen, mengirimkan karya fotografinya dengan judul Pseudomnesia: The Electrician. Karya ini menjadi juara dalam kategori kreativitas terbuka dalam Penghargaan Fotografi Sony World, beberapa waktu lalu.

Tentu kita masih ingat kehebohan yang terjadi setelahnya seperti diulas Kompas.com (23/4/2023). Juara utama fotografi bergengsi menolak penghargaan utama, setelah mengungkap fakta bahwa karya yang ia kirim merupakan kreasi kecerdasan buatan (AI).

Teknologi kecerdasan buatan memang tengah merajai perubahan teknologi terbaru. Seperti biasa teknologi hadir dengan dua kekuatan, memberdayakan dan menciptakan ketergantungan.

Ketergantungan yang sebenarnya juga tidak merugikan, karena teknologi memang dirancang untuk memudahkan kerja kita.

Seperti dalam urusan membuat konten kreatif. Kini membuat konten tidak lagi menjadi persoalan rumit. AI membuat produksi konten jadi lebih mudah dan efisien.

Jadi tidak heran, banyak pelaku bisnis dan perusahaan yang melakukan efisiensi dengan menyerahkan beberapa pekerjaan produksi konten ke AI.

Namun apakah semudah itu AI menjadi pemintas kerja seorang kreator? Agar tetap relevan, konten kreator kini mulai mengadopsi AI dalam proses pembuatan konten, tentu saja dengan cara canggih.

Pertama: Brainstorming ide kreatif

Sebagai “senjata” kreatifitas baru, AI bisa jadi alat ampuh untuk menarik ide-ide kreatif. Membangkitkan imajinasi dan kreatifitas bisa distimulasi melalui bantuan AI yang bisa membantu membangkitkan ide kreatif yang mungkin sedang buntu.

Bagi yang familiar dengan teknologi ini tentu paham bahwa ide-ide yang disajikan AI sebenarnya masih sangat umum dan mentah.

Meski sudah memasukkan prompt secara spesifik dan memasukkan konteks ke dalamnya, ide kontennya masih saja dangkal dan butuh kreatifitas tambahan kita.

Meski setidaknya AI telah memangkas setengah dari waktu yang kita butuhkan, apalagi dalam kondisi stuck ide. Minimal ide-ide itu membantu merangsang ide kreatif kita.

Kedua: Riset tema dan materi konten

Setelah langkah pertama ide diperoleh, maka berikutnya kreator konten akan mengumpulkan data-data dan mempelajari tema yang ingin dibuat.

Riset tema akan lebih cepat dilakukan dengan bantuan AI, daripada sepenuhnya menggunakan sumber referensi tambahan lain. Sekali lagi AI memangkas waktu pengerjaan konten.

AI bisa digunakan untuk menggali informasi dasar tentang tema konten yang ingin kamu buat. Karena jawabannya juga langsung to-do-point, maka bisa menjadi informasi dasar untuk melanjutkan pekerjaan ke tahap berikutnya, agar tak ada kendala berarti.

Bagaimanapun AI adalah aplikasi, bersifat “robotik” yang masih berproses dalam pengembangan.

Dalam beberapa hal, mereka menyampaikan informasi yang ketika kita konfirmasi, akan muncul jawaban; sebagai mesin mereka memiliki keterbatasan informasi yang kita butuhkan. Padahal sebelumnya mereka justru yang mengirimkan pesan tersebut.

Jadi masih harus ada riset lanjutan dan mengandalkan sumber-sumber yang lebih teruji kredibilitasnya.

Ketiga: Menganalisis target audiens

AI bisa digunakan membantu menganalisis audiens. Termasuk untuk membuat audiens persona, dengan pemilihan topik seperti yang kita butuhkan.

Termasuk memanfaatkan AI untuk membuat karakter fiktif sebagai gambaran soal target audiens untuk konten yang akan dibuat.

Mengenal audiens itu penting dalam proses pembuatan konten. Bagaimanapun juga, konten itu nantinya akan dikonsumsi oleh audiens tertentu.

Dengan mengetahui siapa audiensnya, kita bisa menentukan format konten, hingga gaya bahasa yang digunakan agar lebih mudah mereka terima.

Saat ini konten YouTube sering menggunakan audio yang bahkan dalam pengucapannya saja seperti orang asing yang baru belajar bahasa Indonesia.

Di tingkat itu barangkali kreator konten mungkin tak mau direpotkan dengan urusan pengaturan suara, sehingga untuk lebih praktisnya menyerahkan pada AI meski hasilnya seperti kita tahu sangat mentah dan cenderung aneh.

Keempat: Analisis tren

Sebelum ada AI, analisis tren biasanya dilakukan secara semi-manual dengan tools analisis yang membutuhkan skil khusus.

Berbeda dengan AI, ketika perintah dimasukkan bahkan penggunaan bahasa basic dapat dilakukannya untuk membantu percepatan kita membuat sistem pada
kreator konten.

AI bisa menjadi alat analisis yang kuat. Termasuk untuk menganalisis popularitas konten, topik dan kata kunci, media sosial, hingga menganalisis tren di industri atau niche tertentu.

Sehingga kita bisa mengetahui konten seperti apa yang akan mendapat respons positif dan mengundang banyak interaksi dari audiens.

Kelima: Mengecek tata bahasa dan tulisan

Persoalan yang paling teknis seperti typo merupakan kesalahan yang wajar dalam pembuatan konten. Inilah mengapa konten perlu di-review sebelum dipublikasikan.

Semua masalah ini dengan mudah dapat diatasi oleh AI, tanpa perlu menggunakan aplikasi tambahan.

Di balik itu bagaimanapun seorang kreator konten perlu memiliki karakter sebagai diferensiasi dari kreator-kreator lain. Jika sekadar copycate, tentu akan menghasilkan sesuatu yang tingkat kreatifitasnya akan punya kembaran, apalagi sumbernya dari AI yang sama.

Artinya dalam persoalan ketika AI dianggap sebagai pemintas, mempermudah pekerjaan kita, tetap saja nilai kreatifitas seorang kreator konten tetap unggul. Dan bahkan dalam kekhawatiran kita ketika akan banyak profesi yang digantikan oleh AI, kreatifitas kita tetap lebih didepan.

Bukankah AI juga diciptakan manusia, sekalipun AI telah dilengkapi dengan kecerdasan yang memungkinkan melakukan kalibrasi jauh di atas kemampuan kita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com