Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herry Darwanto
Pemerhati Sosial

Pemerhati masalah sosial. Bekerja sebagai pegawai negeri sipil sejak 1986 hingga 2016.

Merawat Budaya Bangsa

Kompas.com - 23/05/2023, 10:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANDA masih ingat Benyamin Sueb dan Ida Royani? Dua penyanyi ini terkenal dengan lagu-lagu berlogat Betawi, yang populer pada 1980-an.

Kemerduan suara dan kekompakan mereka berduet agaknya belum tergantikan hingga kini. Beberapa lagu mereka yang cukup populer adalah: Hujan Gerimis Aje, Sang Bango, Begini Begitu. Anda mungkin masih hafal penggalan liriknya.

Lagu-lagu mereka tentulah membuat dialek Betawi menjadi akrab di telinga masyarakat yang bukan penuturnya sehari-hari, termasuk saya.

Dari budaya Betawi juga ada komedi Lenong Betawi, yang dulu sesekali ditayangkan di TVRI, satu-satunya stasiun televisi saat itu.

Lenong Betawi yang dikemas anak-anak muda kala itu cukup menghibur. Budaya Betawi terbukti ikut meramaikan budaya Indonesia.

Namun budaya Betawi, sebagaimana budaya dari daerah lain, kini jarang muncul di media televisi nasional. Mungkin hanya TVRI yang menyediakan slot untuk musik daerah, kendati jam tayangnya larut malam.

Ini cukup mengkhawatirkan karena dapat membuat generasi muda menjadi kurang mengenal budayanya sendiri, apalagi mencintai dan mengembangkannya.

Maka perayaan Lebaran Betawi, yang diselenggarakan dengan meriah oleh Pemprov DKI Jakarta pada 20-21 Mei 2023, di kawasan Monumen Nasional yang lalu, patut diapresiasi.

Perayaan ini sempat tidak diselenggarakan karena Pandemi Covid-19. Perayaan itu diliput media massa nasional, sehingga berpeluang untuk mendapat perhatian khalayak.

Pada acara itu pengunjung menyaksikan sejumlah kesenian Betawi, seperti musik tanjidor, gambang kromong, tari-tarian khas Betawi, dan tentu saja ada ondel-ondel, ikon budaya Betawi.

Pada acara pembukaan, yang dihadiri pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat Betawi itu, ditampilkan tradisi buka palang pintu untuk menyambut tamu.

Beberapa pria menarikan gerakan silat, diiringi sejumlah wanita, dewasa dan remaja, yang mengenakan kebaya adat Betawi bernuansa kuning, merah, dan jingga, dipadu dengan kerudung hijau muda. Terkesan anggun sekaligus gembira.

Budaya memang wahana untuk mengekspresikan perasaan masyarakat, untuk menunjukkan harapan dan idealisme, serta untuk mendorong semangat mencapai tujuan bersama, seperti menjaga kerukunan.

Masalahnya, budaya suatu kelompok masyarakat bisa tidak menarik lagi, atau ketinggalan zaman, kemudian ditinggalkan.

Hal itu terjadi karena budaya lain terlihat lebih baru, lebih dinamis, atau lebih menyentuh perasaan. Maka upaya untuk terus menerus mengembangkan budaya sendiri menjadi keharusan jika tidak ingin diabaikan masyarakat itu sendiri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com