Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Negara yang Alami Gelombang Panas, Didominasi Asia Tenggara dan Selatan

Kompas.com - 24/04/2023, 20:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Akibat gelombang panas, setidaknya 13 orang meninggal dunia di negara bagian Maharashtra setelah menghadiri upacara penghargaan negara pada Minggu (16/4/2023).

Sementara itu, antara 50-60 orang dirawat di rumah sakit akibat menghadiri acara di Navi Mumbai saat panas terik menyerang.

Gelombang panas di anak benua ini juga membuat otoritas Tripura dan Benggala Barat memerintahkan untuk menutup sekolah.

Di sisi lain, Kementerian Tenaga Kerja India turut mengeluarkan imbauan kepada semua negara bagian untuk memastikan keselamatan pekerja, terutama pekerja luar ruangan.

Keselamatan tersebut termasuk menyediakan air minum yang cukup, kompres es darurat, dan istirahat lebih sering.

Baca juga: Ramai soal Cuaca Panas, BMKG Sebut Sebagian Wilayah Indonesia Masuki Peralihan Musim, Mana Saja?

3. Bangladesh

Di Bangladesh, seperti dilansir The Guardian (19/4/2023), suhu melonjak hingga di atas 40 derajat Celsius di ibu kota Dhaka, pada Sabtu (15/4/2023).

Rekor suhu di Bangladesh ini bahkan disebut hari terpanas dalam 58 tahun, yang menyebabkan permukaan jalan aspal meleleh.

Seorang pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutanan dan Perubahan Iklim pun mengatakan, akan mengumumkan darurat suhu di daerah tertentu apabila temperatur tak kunjung turun.

4. Laos dan Myanmar

Laos juga mencatatkan suhu tertinggi sebesar 42,7 derajat Celsius di Kota Luang Prabang pada Selasa (18/4/2023).

Adapun sehari sebelumnya, negara lain di Asia Tenggara yakni Myanmar, mencetak rekor suhu tertinggi selama April 2023.

Rekor suhu panas tersebut, terjadi di Kalewa, wilayah Sagaing tengah yang mencapai 44 derajat Celsius.

5. China

Suhu yang sangat panas juga telah menyebar luas di seluruh China. Pada Selasa, negara itu mencatatkan suhu setinggi 42,4 derajat Celsius di Yuanyang.

Bukan hanya itu, di hari yang sama, lebih dari 100 stasiun cuaca di 12 provinsi turut memecahkan rekor suhu pada April 2023.

Baca juga: Benarkah Indonesia, Singapura, dan Malaysia Akan Alami Gelombang Panas 50 Derajat Celsius?

Dampak krisis iklim

Peningkatan suhu global dan krisis iklim membuat para ilmuwan menyatakan bahwa gelombang panas akan menjadi lebih umum terjadi.

Sebuah studi pada 2022, seperti dikutip CNN menemukan, gelombang panas yang berbahaya akan terjadi antara tiga hingga sepuluh kali lebih sering saat pergantian abad.

Studi juga mengatakan, di daerah tropis yang meliputi sebagian besar Asia, orang dapat terpapar panas berbahaya hampir setiap hari dalam setahun.

Gelombang panas ini dapat terus-menerus terjadi, bahkan tingkat panas tersebut mendorong batas kemampuan bertahan hidup manusia.

Adapun suhu yang sangat panas di Asia Selatan dan Asia Tenggara diperkirakan akan terus berlanjut.

Sementara itu, kondisi yang lebih dingin akan terjadi di sebagian besar China, lantaran suhu diperkirakan turun dari sekitar 10 derajat Celsius di atas rata-rata menjadi 10 derajat Celsius di bawah rata-rata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Tren
Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Tren
Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Tren
Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Tren
Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com