Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Boeing 757 Birgenair Jatuh di Samudra Atlantik, 189 Tewas

Kompas.com - 06/02/2023, 06:45 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comPesawat Boeing 757 yang dioperasikan Birgenair jatuh di Samudra Atlantik tidak lama setelah lepas landas dari Republik Dominika pada 6 Februari 1996. 

Dalam kecelakaan tersebut sebanyak 189 penumpang tewas. 

Birgenair adalah perusahaan penerbangan charter Turki yang didirikan pada tahun 1988 dengan kantor pusat di Istanbul, Turki.

Baca juga: Sejarah Cap Go Meh dan Ragam Tradisi yang Mengiringinya...

Kronologi kejadian

Dilansir dari Washington Post, tragedi yang terjadi pada Selasa malam waktu setempat menewaskan 189 orang, termasuk 13 kru di dalamnya.

Pesawat sewaan tersebut jatuh dengan membawa pulang turis Jerman dari liburan di Karibia dengan tujuan Berlin dan Frankfurt.

Sebelum jatuh, pesawat tersebut telah terbang mencapai 7.000 kaki di udara kemudian tiba-tiba berbelok kembali ke darat dan menghilang dari layar radar.

Penyelidikan dilakukan oleh berbagai pihak, seperti dewan keselamatan penerbangan negara setempat, pihak Boeing, dan produsen mesin Rolls-Royce.

Penyelidikan sempat mengalami kesulitan karena perekam data pesawat tersebut tenggelam ke dalam dasar laut Karibia.

Dilansir dari New York Times, perekam data pesawat tersebut tenggelam sekitar 3.000 kaki yang menelan banyak biaya untuk evakuasinya. Pesawat juga hancur berantakan dengan puing-puing tersebar di perairan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Boeing 737 Air Florida Jatuh di Sungai Potomac, Washington

Penyebab kecelakaan

Dilansir dari simpleflying, diketahui bahwa terdapat sarang tawon yang ada di dalam salah satu tabung pitot di dalam pesawat.

Sebelum digunakan pada penerbangan tersebut, pesawat tidak digunakan selama 20 hari dan terparkir di Bandara Internasional Gregorio Luperón (POP) Puerto Plata, Republik Dominika.

Selama dua hari sebelum hari kecelakaan, tabung pitotnya dibiarkan terbuka.

Tabung pitot berfungsi untuk mengukur faktor operasional seperti kecepatan udara dan ketinggian pesawat.

Sarang tawon tersebut memblokir kemampuan tabung untuk mencatat kecepatan udara dengan benar dan berakibat fatal.

 

Mesin mati

Setelah meninggalkan Puerto Plata, indikator kecepatan udara atau air speed indicator (ASI) kapten terlalu banyak membaca karena penyumbatan, menunjukkan kecepatan 350 knot (650 km per jam).

Hal tersebut mendorong autopilot untuk mengurangi kecepatan pesawat dan mengarahkan hidung pesawat ke atas, meskipun ASI perwira pertama dengan benar menunjukkan kecepatan pesawat 200 knot (370 km per jam).

Autopilot kemudian dinonaktifkan dan pilot sengan manual mengurangi daya dorong.

Hal tersebut menyebabkan pesawat mogok, serta mesin sebelah kiri mati karena aliran udara yang tidak memadai.

Pilot pun meningkatkan daya dorong pesawat, tetapi hanya mesin sebelah kanan yang bekerja sehingga pesawat berputar.

Pesawat pun terbalik dan jatuh ke Samudra Atlantik.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Boeing 767-300 Jatuh, 223 Orang Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Kronologi Fortuner Polda Jabar Picu Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ, Diselesaikan secara Kekeluargaan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com