Setelah meninggalkan Puerto Plata, indikator kecepatan udara atau air speed indicator (ASI) kapten terlalu banyak membaca karena penyumbatan, menunjukkan kecepatan 350 knot (650 km per jam).
Hal tersebut mendorong autopilot untuk mengurangi kecepatan pesawat dan mengarahkan hidung pesawat ke atas, meskipun ASI perwira pertama dengan benar menunjukkan kecepatan pesawat 200 knot (370 km per jam).
Autopilot kemudian dinonaktifkan dan pilot sengan manual mengurangi daya dorong.
Hal tersebut menyebabkan pesawat mogok, serta mesin sebelah kiri mati karena aliran udara yang tidak memadai.
Pilot pun meningkatkan daya dorong pesawat, tetapi hanya mesin sebelah kanan yang bekerja sehingga pesawat berputar.
Pesawat pun terbalik dan jatuh ke Samudra Atlantik.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Boeing 767-300 Jatuh, 223 Orang Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.