Vera menyebut, penderita mungkin melihat tindakan itu saat kecil.
Anak-anak yang penuh rasa ingin tahu lalu melakukannya di saat mereka belum memiliki perkembangan diri yang cukup.
Baca juga: Apa Itu PTSD? Indikasi Gangguan Kesehatan Jiwa Istri Ferdy Sambo
Menurut Vera, seseorang baru bisa masuk kategori penderita fetish dissorder saat rangsangan seksual dari objek itu berlangsung minimal 6 bulan dan menganggu kehidupannya.
Ia menyebut, psikolog akan menjalankan assesment atau pemeriksaan lebih lanjut untuk benar-benar mendiagnosis seseorang menderita fetish dissorder.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan mewawancarai orang yang diduga memiliki fetish dissorder maupun orang lain di sekitarnya.
Selain itu, ada tes proyektif berupa gambar yang ditujukan untuk mengetahui kondisi gangguan yang mungkin dimiliki orang itu.
Tes di atas dapat dilakukan lebih dari satu cara. Tujuannya untuk memastikan kecocokan hasil tes yang subjek jalani dengan informasi dari orang atau tes lainnya.
Baca juga: Gangguan Bipolar: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Vera menjelaskan, pengobatan fetish dissorder dapat dilakukan sesuai penyebabnya dan melalui sejumlah cara.
Gangguan yang disebabkan kesalahan pada saraf maka diatasi dengan mengkonsumsi obat dari psikiater. Obat ini akan berfungsi mengendalikan napsu seksual penderita.
Pengobatan lain dilakukan dengan terapi modifikasi perilaku dari psikolog.
"Penderita dicari tahu cara pandangnya pada pakaian dalam kayak gimana," ujar Vera.
Dalam sesi terapi ini, psikolog akan menunjukkan pakaian dalam bekas kepada pasien. Selanjutnya, pasien akan dimintai pendapat mengenai objek itu.
Psikolog akan mendalami alasan seseorang memiliki fetish pada pakaian dalam bekas. Kemudian, psikolog akan memberikan pandangan lain kepada penderita mengenai pakaian dalam.
Cara pengobatan terakhir melalui hipnoterapi. Terapi ini dilakukan dengan cara menghipnotis area alam bawah sadar penderita.
Meski ada banyak cara mengobati fetish dissorder, Vera menegaskan bahwa ini dikembalikan kepada individunya.
"Semua pengobatan baru efektif kalau penderitanya mau," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.