SOKRATES disohorkan oleh Plato sebagai seorang tokoh sakti-mandraguna dalam merangsang pemikiran manusia dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkesan sederhana bahkan sepele. Namun pertanyaan-pertanyaan itu sebenarnya merupakan gerbang ke pemikiran yang lebih jauh, lebih meluas, lebih meninggi, maupun lebih mendalam.
Di antara segenap perbendaharaan metode bertanya Sokrates, terkesan yang paling “berbahaya” karena paling sulit dijawab adalah pertanyaan tentang “kenapa”. Tidaklah mengherankan, konon, akhirnya Sokrates dipaksa minum racun agar tidak bisa lanjut menjengkelkan penguasa Athena dengan rongrongan pertanyaan “kenapa”.
Baca juga: Sokrates dan Tantangan Profesi Guru Masa Kini
Para Punakawan di dalam Wayang Purwa gemar mengusik ketenteraman para penguasa dengan pertanyaan kenapa ini, kenapa itu.
Pertanyaan di mana ada burung penguin relatif mudah dijawab dengan jawaban bahwa burung penguin hanya ada di Kutub Selatan. Namun pertanyaan kenapa burung penguin tidak ada di Kutub Utara, lebih problematis dijawab ketimbang kenyataan bahwa di mana penguin secara alami memang hanya ada di Kutub Selatan.
Jawaban terkesan bukan hanya berkelit, tetapi juga mengaburkan kenyataan bahwa pertanyaan kenapa penguin hanya ada di Kutub Selatan serta tidak ada di Kutub Utara, kecuali ada manusia yang membawa penguin dari Kutub Selatan untuk dipindahkan ke Kutub Utara.
Dengan daya kecerdasan di atas kelaziman manusia biasa, Stephen Hawkings mampu menjelaskan apa yang disebut sebagai Black Holes. Namun sampai akhir hayat dikandung badan, Stephen Hawkings belum mampu menjawab pertanyaan tentang kenapa sebutannya Lubang-Lubang Hitam atau kenapa sebutannya bukan Lubang-Lubang Putih.
Jawaban bahwa Lubang-Lubang Hitam berwarna hitam maka disebut sebagai Lubang-Lubang Hitam dengan mudah berlanjut ke pertanyaan kenapa warnanya hitam bukan putih. Pertanyaan berlanjut, kenapa warna hitam disebut sebagai warna hitam sementara putih disebut putih.
Kenapa tidak yang hitam itu disebut sebagai putih dan sebaliknya dan seterusnya pertanyaan bisa berlanjut berputar-putar seperti es putar sampai akhir zaman atau yang bertanya kehabisan energi untuk bertanya.
Rumput bergoyang versi Ebiet juga kesulitan menjawab pertanyaan kenapa sebutan untuk gagasan hipotesa spekulatif Stephen Hawkings bukan White Holes tetapi Black Holes. Mohon jangan ada yang tanya soal kenapa rumput bergoyang juga kesulitan dalam menjawab pertanyaan kenapa bukan Lubang-Lubang Putih tetapi Lubang-Lubang Hitam .
Ebiet sendiri juga kesulitan menjawab pertanyaan kenapa rumput bergoyang.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.