Tiko yang saat ini berusia 23 tahun sudah putus sekolah sejak kelas satu SMP. Hal itu terjadi karena dia tidak memiliki biaya.
Untuk bertahan hidup, seperti mandi dan masak, Tiko dan ibunya biasanya menadah air hujan.
Selain itu, Tiko juga sempat mencari nafkah dengan berjualan telur gulung. Dia juga pernah meminta bantuan kepada warga sekitar untuk bekerja sebagai operator warnet.
Bermodalkan ketekunan dan sikap yang baik, Tiko bisa bekerja sebagai petugas keamanan perumahan.
Selama tinggal di rumah mewah terbengkalai itu, tidak ada keluarga atau kerabat Tito yang menghubungi juga memberikan bantuan.
Tito mengaku, dia sudah lost contact (tidak saling bertukar kabar) dengan semua saudaranya, termasuk ayah kandungnya sendiri.
Penyakit gangguan jiwa yang dialami Eny tidak ditangani dengan baik karena tidak adanya biaya juga kondisi kesehatannya semakin menurun.
Selain itu menurut Tiko ibunya tidak suka bertemu banyak orang dan bisa bertindak agresif.
Selama 11 tahun, Tiko dengan sabar merawat ibunya yang memiliki gangguan kejiwaan tanpa mengeluh sedikitpun hingga akhirnya cerita Tiko viral dan banyak bantuan berdatangan untuk membantu Tiko dan ibunya.
Setelah viral, banyak bantuan datang untuk menolong Tiko.
Dia sempat menolak ketika ibunya akan dipindahkan ke rumah sakit karena Tiko tidak mau berpisah jauh dari sang ibu.
Tiko ingin terus menemani ibunya. Saat ini, Eny sudah mendapat perawatan medis di RSKD, Duren Sawit, Jakarta Timur.
Kini, Tiko bisa lebih tenang merawat sang ibu karena sudah ditangani oleh tenaga profesional.
(Sumber: Kompas.com/Larissa Huda)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.