Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Celana Dalam Sering Bolong dan Bernoda Putih, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 30/12/2022, 14:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video warganet curhat tentang celana dalam yang sering berlubang dan bernoda putih, viral di media sosial TikTok.

Dalam video yang diunggah di sini, pengunggah menceritakan soal perubahan warna yang terjadi pada beberapa celana dalamnya yang sudah dicuci.

Ia penasaran, bagaimana keputihan pada wanita bisa mengubah warna celana dalam menjadi putih.

"Bagaimana dia melakukanya?" kata pengunggah tersebut, sebagaimana diunggah Teen Vogue, (18/9/2020).

Hingga Kamis (29/12/2022), video itu sudah disukai sebanyak lebih dari 1,4 juta kali oleh pengguna TikTok lainnya.

Lantas, apa penyebabnya?

Baca juga: Ramuan Herbal yang Bisa Mengatasi Keputihan, Apa Saja?


Baca juga: Makanan dan Minuman yang Bisa Memperparah Nyeri Haid, Apa Saja?

Disebabkan cairan keputihan

Dilansir dari SELF, (17/1/2019), seorang dokter spesialis Obgyn di University of Chicago Medicine, Jennifer Paul mengatakan bahwa memang betul perubahan warna pada celana dalam wanita disebabkan oleh cairan keputihan.

Ia menjelaskan, keputihan adalah kombinasi dari bakteri, sel-sel kulit vagina, dan lendir serta cairan dari serviks dan vagina.

Menurut dia, adanya cairan keputihan yang menimbulkan bercak pada celana dalam adalah wajar dan normal.

"Sangat normal untuk mengeluarkan cairan yang berkisar dari putih hingga bening, tidak berbau tajam, dan tidak menunjukkan gejala seperti iritasi, gatal, dan bengkak," ujar Paul.

Dengan begitu, para perempuan tidak perlu risau atau khawatir dengan kondisi tersebut.

Baca juga: Nyeri Saat Haid, Waspada Tanda-tanda Miom, Simak Gejalanya

Pengaruh pH asam alami

Terkait perubahan warna pada celana dalam, Paul memastikan bahwa hal itu dipengaruhi dari sifat asam dari keputihan.

Sifat asam itu dapat berinteraksi dengan pewarna di pakaian dalam dan menyebabkan noda, serta bisa menyebabkan celana dalam Anda cepat bolong atau rusak.

Bercak berubah warna yang dihasilkan pada kain celana dalam tidak secara otomatis berarti ada yang salah (penyakit) dengan keputihan atau vagina Anda.

Di samping itu, asisten profesor kebidanan dan ginekologi di NYU Langone Health di New York City, Taraneh Shirazian mengatakan, untuk mengetahui tingkat keasaman suatu zat maka bisa dengan melihat skala pH.

Untuk air murni memiliki pH normal yakni 7. Sedangkan zat yang bersifat asam memiliki skala pH kurang dari 7.

Shirazian menyampaikan, kisaran pH normal vagina berada di antara 3,5 dan 4,5.

Hal itu lah yang membuat cairan yang keluar dari vagina bersifat asam.

“Asam cairan dapat memudarkan warna pakaian, tetapi penting untuk diingat bahwa itu adalah cairan yang normal dan sehat untuk vagina Anda,” ujar Paul.

Baca juga: Cara Membersihkan Vagina agar Tetap Sehat dan Tidak Berbau

Ketidakseimbangan pH vagina

Paul mengatakan, dirinya sangat jarang menemui kasus vagina yang memiliki pH sangat asam.

Sebab, jika vagina menjadi tidak cukup asam, maka dapat menimbulkan infeksi yang berbeda.

"Bakteri Lactobacilli membantu menjaga keasaman vagina yang menjaga jumlah bakteri berbahaya di vagina tetap terkendali," ujar Paul.

"Tetapi ketika pH vagina Anda tidak dalam kisaran yang tepat, jenis bakteri yang salah dapat berkembang biak, menyebabkan infeksi vagina seperti vaginosis bakteri (BV)," lanjut dia.

Adapun infeksi BV seringkali menimbulkan gejala, seperti bau amis, gatal, perih saat buang air kecil, dan lainnya.

Infeksi jamur terkadang juga dapat terjadi akibat ketidakseimbangan pH, tetapi juga dapat terjadi meskipun pH Anda normal.

Jika Anda melihat gejala vagina yang aneh, Paul menggarisbawahi pentingnya mendapatkan diagnosis dari profesional medis.

“Sangat sulit untuk mendiagnosis diri sendiri secara akurat apa yang sedang terjadi, dan Anda ingin memastikan bahwa Anda mendapatkan pengobatan yang tepat untuk infeksi yang tepat,” katanya.

Baca juga: Memutihkan Area Vagina? Begini Caranya

Cara mencegah noda keputihan

Para ahli menyarankan untuk tidak memakai tampon untuk menyerap kotoran jika Anda tidak mengalami menstruasi.

Sebab, nantinya tampon hanya akan menyerap kelembapan vagina yang mana berpotensi menyebabkan iritasi dan robekan mikro saat dikeluarkan.

Ditambah lagi, ketika Anda lupa melepas tampon dan berisiko lebih tinggi terkena Toxic Shock Syndrom (TSS).

Sebagai gantinya, Anda mungkin bisa menggunakan panty liner, meskipun harus memastikan setiap panty liner yang Anda gunakan tidak beraroma.

Paul menjelaskan, panty liner yang beraroma bisa mengiritasi vulva Anda.

Selain itu, cara paling mudah untuk mencegah noda pada dalaman yakni dengan sering mengganti celana dalam dan lansgung membilas atau mencucinya dengan cepat.

Dengan begitu, kotoran tidak memiliki banyak waktu untuk meresap.

Dengan kata lain, memang lebih banyak cucian adalah salah satu cara yang mungkin untuk menangani hal ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com