Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan di Balik Suporter Jepang Selalu Bersihkan Sampah di Stadion

Kompas.com - 06/12/2022, 18:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tim nasional Jepang memang gagal melaju ke babak 8 besar Piala Dunia 2022 setelah kalah melawan Kroasia, Selasa (6/12/2022) dini hari.

Namun sepak terjang Jepang selama Piala Dunia 2022 mengejutkan publik pencinta sepak bola.

Tidak hanya karena mampu mengalahkan juara dunia Jerman dan Spanyol, namun karena tingkah laku terpuji suporter dan pasukan Hajime Moriyasu.

Suporter Jepang akan selalu membersihkan sampah di stadion setelah selesai pertandingan. Baik saat timnya menang maupun kalah.

Begitu pula dengan Yuto Nagatomo dkk yang akan meninggalkan ruang ganti stadion dengan kondisi bersih seperti semula.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya, kenapa suporter Jepang selalu membersihkan sampah di stadion setelah pertandingan?

Baca juga: Sejarah Honda: Awalnya Pemasok Ring Piston untuk Toyota

Budaya kebersihan di Jepang

Saat banyak orang terheran-heran dengan kebiasaan Jepang membersihkan sampah, ternyata hal itu merupakan hal yang biasa bagi mereka.

Mereka menyebutnya Atarimae, atau hal yang sudah sewajarnya. Seperti ketika melihat sampah, maka hal sewajarnya untuk dibersihkan.

“Apa yang menurut Anda istimewa sebenarnya bukan hal yang aneh bagi kami,” kata Danno, seorang penggemar Jepang, seperti dikutip Firstpost dari Al Jazeera.

Pendukung Jepang lainnya juga mengatakan, apa yang diajarkan kepada mereka adalah bahwa meninggalkan sesuatu lebih bersih pada saat Anda datang adalah bagian Atarimae.

Atarimae secara kasar diterjemahkan sebagai 'menyatakan yang sudah jelas' yang cukup adil karena jika Anda melihat sampah, itu harus dibersihkan.

Bahkan Hajime Moriyasu, pelatih tim Jepang menggemakan sentimen yang sama.

“Bagi orang Jepang, ini adalah hal yang biasa dilakukan. Ketika Anda meninggalkan suatu tempat, Anda harus meninggalkannya lebih bersih dari sebelumnya,” katanya seperti dikutip dari New York Times .

Kerapian di ruang publik di Jepang dianggap sebagai kebajikan dan anak-anak diajari sejak usia sangat muda untuk membersihkan ruang kelas dan fasilitas sekolah secara teratur.

Waktu bersih-bersih adalah bagian dari jadwal harian siswa selama dia berada di sekolah.

"Selama 12 tahun kehidupan sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, waktu bersih-bersih adalah bagian dari jadwal harian siswa," kata Maiko Awane, asisten direktur kantor Pemerintah Prefektur Hiroshima di Tokyo kepada BBC.

Dia juga menambahkan, dalam kehidupan sehari-hari di rumah, orangtua juga mengajarkan menjaga kebersihan barang dan tempat tinggal.

Baca juga: Misteri Kasus Pembunuhan Mahasiswi di Jepang, Polisi Periksa 75.000 Saksi hingga Janjikan Hadiah Rp 1 Miliar

Diajarkan di sekolah

Budaya bersih Jepang ini bukanlah karakteristik baru.

Dalam biografi Will Adams, orang Inggris pertama yang menginjakkan kaki di Jepang, pengarangnya, Giles Milton, menulis kehidupan bangsawan Jepang.

"Kaum bangsawan sangat bersih', menikmati 'selokan dan jamban yang masih asli' dan mandi uap dari kayu wangi di sebuah saat jalan-jalan di Inggris 'sering dibanjiri kotoran'. Orang Jepang 'terkejut' oleh orang Eropa yang mengabaikan kebersihan pribadi," tulis biografi tersebut.

Dosen Studi Jepang di University of Sydney, Dr Masafumi Monden, mengatakan anak-anak Jepang diajarkan di sekolah dasar untuk membersihkan diri mereka sendiri.

“Pemahaman saya, kita diajarkan, dari sekolah dasar, untuk menjaga kebersihan apa yang kita gunakan, misalnya ruang kelas,” katanya.

“Ada pepatah Jepang 'Tatsu tori ato wo nigosazu,' secara harfiah: burung yang terbang tidak mengotori jejaknya',” dia menambahkan.

“Artinya ketika Anda meninggalkan suatu tempat, jangan biarkan berantakan, tetapi tinggalkan setidaknya sebersih kondisi tempat Anda menemukannya," jelas dia.

Baca juga: Banyak Diminati, Berapa Gaji Kerja di Jepang?

Halaman:

Terkini Lainnya

Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Tren
Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Tren
Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com