Namun, kebanggaan dan kesenangan ini berdasarkan pada realitas masing-masing masyarakat saat mendapatkan perlakuan dari negara.
"Pada orang-orang yang sudah tidak percaya bahwa negaranya ini memang negara yang bisa dibanggakan karena melakukan banyak kesalahan dan ketidakbaikan yang dia alami," terang dia.
Misalnya, karena mengalami ketimpangan atau ketidakadilan luar biasa, maka masyarakat ini akan cenderung tidak bangga saat Tanah Air dicap positif oleh orang asing.
Drajat melanjutkan, rasa bangga ini juga dapat menjadi indikator apakah sebuah negara masih dipercaya atau tidak.
Baca juga: Daftar 37 Provinsi di Indonesia Beserta Ibu Kotanya
Terkait orang luar negeri mendapatkan uang dari rasa bangga masyarakat Indonesia, menurut dia bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.
"Dan itu ketika digunakan di YouTube dan mendapatkan pendapatan, menurut saya tidak masalah," jelasnya.
Sebab, sama halnya Indonesia yang terkadang bangga dengan identitas global, banyak juga orang asing memiliki kebanggaan terhadap Indonesia.
Namun, lanjut Drajat, kondisi ini akan menjadi masalah jika orang luar memanfaatkannya untuk mengelabui dan merugikan masyarakat Indonesia.
Meski demikian, sifat keterbukaan di era global seperti saat ini tak bisa menghindari terjadinya interaksi antar kultur, bangsa, dan negara.
"(Sebab) dunia ini sedang ada proses untuk membangun nilai-nilai masyarakat universal atau disebut masyarakat dunia," papar Drajat.
Baca juga: Indonesia Urutan Ke-64 dari 140, Ini Daftar Negara Paling Taat Hukum
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.