Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Catatan Kaki untuk Penerbangan Indonesia

Kompas.com - 27/10/2022, 16:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TANGGAL 27 Oktober selalu diperingati bangsa Indonesia sebagai Hari Penerbangan Nasional. Pada tanggal itu, 77 tahun  lalu, Komodor Udara Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan pesawat Cureng rongsokan perang yang diperbaiki para teknisi-teknisi Indonesia.

Pesawat yang kemudian diberi label bendera Merah Putih itu pun berhasil diterbangkan di atas langit lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta dan menjadi pesawat Indonesia pertama yang berhasil terbang.

Penerbangan Indonesia kemudian terus berkembang baik militer maupun sipil. Penerbangan sipil bahkan menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia, terutama untuk mengangkut penumpang dan barang kargo dari satu pulau ke pulau lain di negara kepulauan ini.

Baca juga: Industri Penerbangan Mulai Pulih, Volume Angkutan Kargo di Bandara AP I Melonjak

Namun masih ada beberapa catatan kaki yang harus segera diperbaiki agar penerbangan sipil Indonesia benar-benar menjadi moda transportasi yang selamat, aman, nyaman, serta terjangkau oleh masyarakat sekaligus juga menguntungkan bagi pelaku bisisnya sehingga investasi di bidang ini bisa terus berkembang.

Keselamatan penerbangan

Hanya beberapa jam sebelum memasuki tanggal 27 Oktober 2022, kita disuguhi berita tentang insiden serius yang dialami pesawat Boeing 737-800 NG yang dioperasikan Lion Air untuk rute Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.

Pesawat dengan nomor penerbangan JT 330 itu lepas landas pukul 17.13 WIB, namun harus return to base (RTB) atau kembali ke bandara asal hanya 30 menit setelah mengudara.

Di media massa diberitakan bahwa penumpang sempat melihat adanya api di sayap, tempat mesin pesawat.

Maskapai Lion Air juga menyatakan ada yang tidak beres di mesin pesawat. Beruntung pilot berhasil membawa pesawat RTB dengan sukses, dan penumpang dapat dievakuasi dengan selamat.

Tentu kita harus mengapresiasi  kinerja sepasang pilot tersebut pada saat itu. Namun kejadian ini harus menjadi perhatian serius, diselidiki dan diinvestigasi lebih dalam agar jangan terulang lagi dan dicegah jangan sampai menyebabkan kecelakaan yang lebih fatal.

Kondisi penerbangan saat ini, baik global maupun nasional memang sangat pelik. Setelah lebih dari dua tahun terpuruk dihantam pandemi Covid-19, bisnis penerbangan saat ini mengalami rebound atau titik balik.

Selama pandemi itu, banyak pesawat dikandangkan, kru-nya dirumahkan bahkan di-PHK (putus hubungan kerja). Namun saat ini, seiring menurunnya pandemi Covid-19, permintaan masyarakat akan penerbangan meningkat.

Pesawat dan kru yang tadinya dikandangkan dan dirumahkan, segera dipekerjakan lagi. Selain memenuhi keinginan masyarakat untuk terbang, tentu saja juga kesempatan bagi maskapai untuk menangguk untung, mengembalikan aliran dana (cash flow) perusahaan yang sempat macet selama dua tahun dihantam pandemi.

Menurut data dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, pada Januari-Juni 2022 atau semester 1, jumlah keberangkatan pesawat terbang domestik dan internasional sudah mencapai 240.280 penerbangan.

Artinya sudah lebih dari separuh penerbangan jika dibandingkan tahun 2021 yang jumlahnya 367.574 penerbangan atau tahun 2020 dengan 463.816 penerbangan.

Baca juga: Mencari Solusi Terbaik Untuk Penerbangan Nasional

Jumlah penumpang yang diangkut pada semester 1 tahun 2022 ini juga sudah mencapai 29,4 juta penumpang atau hampir menyamai jumlah penumpang di 2021 yaitu 34,7 juta penumpang dan tahun 2020 sebanyak 42,5 juta penumpang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com