Studi tersebut diterbitkan di jurnal Cell pada Selasa (18/10/2022). Para peneliti merancang eksperimen yang mengadu bau orang satu sama lain.
Penulis studi Maria Elena De Obaldia mengatakan hal tersebut dilakukan untuk menguji daya magnet nyamuk.
Mereka meminta 64 sukarelawan dari universitas dan sekitarnya untuk memakai stoking nilon di sekitar lengan bawah mereka untuk mendeteksi bau kulit mereka.
Stoking dimasukkan ke dalam perangkap terpisah di ujung tabung panjang, kemudian puluhan nyamuk dilepaskan.
Para ilmuwan mengadakan turnamen round-robin dan berakhir dengan kesenjangan yang mencolok.
Hasilnya subjek yang menjadi magnet nyamuk atau yang paling menarik bagi nyamuk sekitar 100 kali lebih menarik bagi nyamuk daripada yang menempati posisi terakhir.
Dilansir The Guardian, Rabu (19/10/2022), percobaan menggunakan nyamuk Aedes aegypti (yang menyebarkan penyakit seperti demam kuning), Zika, dan demam berdarah.
Vosshall mengatakan dia mengharapkan hasil serupa dari nyamuk jenis lain, tetapi akan membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengonfirmasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.