Asal-usul istilah ACAB tidak diketahui secara pasti. Namun, seperti dilansir QC, kode ini dipercaya muncul di Inggris pada paruh pertama abad ke-20.
Selain itu, frasa "All Corps are Bastards" disebut pertama kali digunakan oleh pekerja yang mogok pada 1940-an.
Adapun menurut versi berbeda, akronim ini pertama kali muncul di depan umum saat seorang jurnalis Newscastle, Eric Partridge, menghabiskan malam di penjara pada 1977.
Masih dari Spec Ops Magazine, Eric Partridge mendokumentasikan ACAB di dinding penjara.
Baca juga: Pidana Penjara Seumur Hidup, Berapa Lama?
Ia kemudian menuliskan dalam buku The Dictionary of Catchphrases, dan menyebut bahwa akronim ACAB sudah ada sejak awal 1970-an.
Kendati demikian, Partridge mengaku mendengar arti dari ungkapan itu pada sebuah lagu 1920-an.
"Saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk Anda, itu tidak terlalu lama: semua tembaga adalah bajingan (all coppers are bastards)."
Menurut dia, frasa itu telah ada sejak abad ke-20 dan digunakan oleh para penjahat.
Sejak itu, ACAB menjadi singkatan untuk "Semua Polisi adalah Bajingan".
Baca juga: Bagaimana Aturan Penggunaan Gas Air Mata oleh Polisi?
Tak hanya di Inggris, ACAB dan 1312 juga menghiasi protes terhadap polisi hampir di seluruh dunia.
Misalnya pada pertengahan 2020, masyarakat Amerika Serikat ramai menyerukan frasa ini usai insiden kematian seorang pria kulit berwarna, George Floyd.
Dilansir dari Kompas.com, kemarahan publik terhadap kepolisian mencuat setelah video yang memperlihatkan momen leher Floyd ditindih oleh Derek Chauvin, polisi berkulit putih, viral di media sosial.
Kala itu, publik marah lantaran Chauvin menindih Floyd selama hampir sembilan menit, sebelum meninggal dunia.
Selama aksi unjuk rasa itu, slogan ACAB dan 1312 bertebaran di mana-mana, termasuk media sosial.
Baca juga: Viral, Foto Polisi Tidur dari Karet Ban, Sekrupnya Dikhawatirkan Mencoblos Ban, Bagaimana Aturannya?