Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal Mula Rebo Wekasan yang Jatuh pada 21 September 2022

Kompas.com - 21/09/2022, 06:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada hari ini Rabu, 21 September 2022.

Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan adalah sebuah tradisi yang digelar setiap Rabu terakhir pada bulan Safar dalam kalender Islam atau Hijriah.

Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Islam, setelah Muharram.

Dilansir dari KompasTV, tradisi Rebo Wekasan kerap dijumpai di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura.

Kegiatan yang dilakukan pada Rebo Wekasan meliputi tahlilan atau zikir berjemaah, shalat sunah, dan berbagai makanan dalam bentuk selamatan.

Baca juga: Tahun Baru Islam Jatuh pada 30 Juli 2022, Ini Sejarahnya


Bagaimana sejarah dan asal mula Rebo Wekasan?

Sejarah Rebo Wekasan

Sejarah Rebo Wekasan terdiri dari berbagai versi.

Salah satu daerah yang menyelenggarakan tradisi Rebo Wekasan adalah Yogyakarta, tepatnya di Wonokromo, Bantul.

Tradisi dilakukan dengan membuat lemper raksasa dan dibagikan kepada masyarakat yang menghadiri acara.

Baca juga: Menjelajahi Salah Satu Museum Islam Terbesar di Dunia Secara Virtual

Keluarga membawa makanan bikinan sendiri dengan menu kenduri, seperti tempe dan tahu bacem, telur, hingga ingkung ke Festival Kembul Sewu Dulur 2018 di Bendung Kayangan, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (7/11/2018). Ini festival Rabu Pungkasan di bulan Safar. Warga kemudian menyantap makanan bersama dan saling berbagi satu dengan lain.  KOMPAS.com/DANI J Keluarga membawa makanan bikinan sendiri dengan menu kenduri, seperti tempe dan tahu bacem, telur, hingga ingkung ke Festival Kembul Sewu Dulur 2018 di Bendung Kayangan, Pendoworejo, Girimulyo, Kulon Progo, DI Yogyakarta, Rabu (7/11/2018). Ini festival Rabu Pungkasan di bulan Safar. Warga kemudian menyantap makanan bersama dan saling berbagi satu dengan lain.

Versi pertama, Rebo Wekasan disebut sudah ada sejak 1784. Saat itu, hidup tokoh bernama Mbah Faqih Usman atau yang dikenal sebagai Kiai Wonokromo Pertama atau Kiai Welit.

Masyarakat meyakini bahwa Kiai mampu mengobati penyakit dengan metode membacakan ayat Al Quran pada segelas air dan diminumkan kepada pasien.

Kemampuan Mbah Kiai Faqih semakin menyebar, hingga terdengar oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I (HB I).

Untuk membuktikan kemampuan tersebut, Sri Sultan HB I mengutus empat prajurit untuk membawa Mbah Kiai Faqih menghadap ke keraton. Ternyata, ilmu Mbah Kiai terbukti dan mendapat sanjungan.

Sepeninggal Mbah Kiai Faqih, masyarakat pun meyakini bahwa mandi di pertempuran Kali Opak dan Kali Gajahwong dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mendatangkan berkah.

Baca juga: Cara Umat Islam Merayakan Lebaran dari Berbagai Negara

Tradisi Rebo Wekasan pada tahun ini digelar tanpa kirab tumpeng, panitia hanya menyediakan satu tumpeng berukuran besar di halaman Masjid Mambaul Thoat, Selasa (5/10/2021) malam.Dok. Polsek Manyar Tradisi Rebo Wekasan pada tahun ini digelar tanpa kirab tumpeng, panitia hanya menyediakan satu tumpeng berukuran besar di halaman Masjid Mambaul Thoat, Selasa (5/10/2021) malam.

 

Versi kedua, upacara Rebo Wekasan tak lepas dari Sultan Agung, penguasa Mataram yang dulu pernah memiliki keraton di Pleret.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com