Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Plasebo Menyelamatkan Nyawa Nenek

Kompas.com - 31/08/2022, 08:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MESKI tidak kurang dari World Health Organization (WHO) sebagai lembaga kesehatan resmi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah mengakui bahwa apa yang disebut sebagai plasebo (placebo) ikut berperan dalam memengaruhi kondisi kesehatan setiap insan manusia. Namun tetap saja plasebo dianggap oleh mereka yang merasa diri modern dan rasional sebagai klenik alias takhayul bahkan tipu-tipu belaka.

Menurut ensiklopedia Brittanica definisi placebo adalah a treatment that is given to a patient like a drug that actually has no physical effect on the patient. Patients who have been given a placebo that they think is a real treatment may feel better because they believe that they are getting the right treatment.

Menarik, kenyataan yang dapat disimpulkan dari plasebo bahwa tampaknya tidak berpengaruh bagi seluruh jenis mahluk hidup tetapi terbatas hanya pada manusia saja. Mungkin akibat otak hominum lebih kompleks ketimbang fauna apalagi flora maka manusia memiliki daya yang disebut sebagai sugesti.

Baca juga: Ajaib Nan Ilmiah : Efek Plasebo

Tanpa berniat membela WHO maupun membenarkan pengaruh plasebo terhadap kesehatan manusia, saya pribadi pernah mendengar kisah nyata dari ayah tentang bagaimana nenek yang sudah divonis oleh tim dokter pada sebuah rumah sakit terkemuka (yang tidak perlu saya sebut di sini demi menghindari tuduhan pencemaran nama baik mau pun promosi) sebagai sudah tidak memiliki harapan untuk hidup akibat penyakit kanker stadium terminal.

Sebagai permintaan terakhir, nenek yang kebetulan umat Nasrani jauh lebih beriman ketimbang saya, minta didoakan oleh pendeta agar arwah nenek diterima di sisi Tuhan di alam baka.

Ayah memenuhi permintaan terakhir nenek untuk mengundang seorang pendeta mendoakan nenek di saat menjelang akhir hayat dikandung badan. Menurut ayah, setelah didoakan sang pendeta, nenek tampak damai sejahtera serta tenang tenteram kemudian tertidur sampai keesokan hari.

Setelah terbangun nenek langsung melepaskan segala pipa-pipa peralatan medik dari tubuhnya agar bisa turun dari ranjang lalu ke kamar kecil di pagi hari tersebut. Ternyata fakta membuktikan secara tak terbantahkan bahwa setelah didoakan yang tentu saja bukan merupakan jurus ilmiah ilmu kedokteran terbukti nenek sembuh total karena kanker beliau mendadak dinyatakan oleh para dokter sebagai hilang lenyap.

Silakan para saintis menganggap nenek saya sekedar terpengaruh oleh plasebo sehingga tersugesti keyakinan beliau sendiri atas kemanjuran doa. Silakan orang bilang yang dialami nenek sama sekali tidak ilmiah sebab cuma klenik alias takhayul belaka.

Namun yang penting bagi kami semua adalah nenek sembuh maka batal wafat seperti yang telah divoniskan oleh tim dokter rumah sakit yang lebih layak disebut sebagai rumah sehat sebab terbukti berhasil menyehatkan nenek saya meski yang memulihkan kesehatan nenek saya bukan terapi dokter tetapi doa kepada Yang Maha Kuasa.

Ayah saya tidak peduli dicemooh percaya takhayul karena yang paling penting pada waktu itu adalah nenek sembuh dari penyakit yang dideritanya. Memang apa yang disebut sebagai doa bukan sesuatu yang secara saintifik layak disebut sebagai “ilmiah”.

Baca juga: Pfizer Tawarkan Vaksin Covid-19 kepada Relawan yang Mendapat Plasebo

Demikian pula dengan apa yang disebut sebagai plasebo. Pada hakikatnya di antara bumi dan langit tidak semua bisa dan perlu dibuktikan secara ilmiah.

Berdasar logika kronologi sejarah Nusantara sebelum kaum penjajah datang ke persada Nusantara sambil membawa ilmu kedokteran dan ilmu farmasi yang disebut “modern” dapat diyakini bahwa para tokoh Nusantara seperti Mulawarman, Daputra Hyang, Samaragriwa, Airlangga, Rajasa Sang Amurwabhumi, Wisnuwardhana, Tribuwana Tungga Dewi, Hayam Wuruk, Raden Patah berjaya sehat-walafiat, segar-bugar, perwira-perkasa pasti bukan berkat ilmu kedokteran dan ilmu farmasi tetapi berkat kearifan kesehatan leluhur bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com