Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M Sofyan Pulungan
Dosen

Staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI)

Belajar dari Masyarakat Hukum Adat untuk Membangun Ekonomi Nasional

Kompas.com - 23/08/2022, 11:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bagi kesatuan masyarakat hukum adat, nilai ini bukan saja bagian dari model penyelesaian sengketa, namun pada prakteknya juga digunakan sejak tahap perencanaan suatu kegiatan ekonomi.

Sejak perencanaan, nilai musyawarah mufakat dimanfaatkan untuk melibatkan seluruh anggota masyarakat merancang kegiatan ekonomi. Nilai ini sesuai dengan sila keempat Pancasila: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

Baca juga: Peta Jalan Inovasi Ekonomi Nasional

Keempat, nilai keseimbangan dan keselarasan. Nilai ini mengandung makna bahwa regulasi ekonomi seyogyanya menciptakan hubungan hukum yang humanis dan berkeadilan.

Bagi kesatuan masyarakat hukum adat, para pihak yang ingin melakukan suatu hubungan hukum memiliki kesadaran untuk menciptakan suatu hubungan hukum yang harmonis sebagai manusia, dan kondisi adanya saling ketergantungan berdasarkan ide keadilan.

Nilai ini sesuai dengan sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila kelima Pancasila: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Menggali nilai-nilai kesatuan masyarakat hukum adat

Selama 77 tahun Indonesia merdeka, ide transformasi ekonomi dan transformasi sosial digali dari nilai-nilai kesatuan masyarakat hukum adat. Namun, seringkali hal tersebut tidak serta merta hadir pada berbagai penyusunan regulasi ekonomi nasional.

Kebijakan yang berdasarkan penerapan nilai-nilai individualisme, liberalisme, dan kapitalisme yang identik dengan nilai-nilai Barat dikedepankan dalam pembuatan kebijakan terkait perekonomian nasional. Keadaan ini telah membuat banyak peraturan tidak didasarkan pada akar filosofis kuat dan kerap bentrok dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Sejarah pusat rempah dunia, kejayaan kopra, sentra tembakau, penghasil kelapa sawit sampai yang baru-baru ini dicapai yaitu prestasi swasembada beras harus termanifestasi dan dilindungi dalam bentuk kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Berbagai komoditas tersebut berhasil menorehkan prestasinya, namun harus disadari tidak lepas dari tekanan kampanye negatif yang nilai-nilainya berasal bukan dari bumi pertiwi.

Melihat fenomena itu, kita memang masih harus belajar dari kesatuan masyarakat hukum adat tentang cara menyusun regulasi ekonomi yang baik, berkelanjutan, dan mengutamakan rakyat kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com