Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, Mungkinkah Masuk ke Indonesia?

Kompas.com - 18/08/2022, 19:05 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit lassa fever atau demam lassa kembali mewabah di Nigeria.

Dikutip dari All Africa, Pusat Pengendalian Penyakit Nigeria (NCDC) mempublikasikan temuan baru demam lassa pada Senin (17/8/2022).

Untuk periode minggu ke-31 tahun 2022 atau pada 1-7 Agustus 2022, telah terkonfirmasi adanya 13 kasus infeksi demam lassa dengan satu kematian.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan, setelah pada minggu ke-30 hanya berjumlah 10 kasus infeksi.

Diketahui bahwa 13 kasus baru demam lassa dilaporkan dari Negara Bagian Ondo, Edo, Kogi, Ebonyi, dan Imo.

NCDC menyebut pada tahun 2022, demam lassa telah menginfeksi total 880 orang dengan adanya 165 kematian.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia?

Baca juga: Virus Polio Muncul di Amerika dan Inggris, Haruskah Indonesia Waspada?


Demam lassa di Indonesia

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa sampai saat ini belum ada laporan masyarakat Indonesia yang terkena demam lassa.

"Belum ada laporannya," kata Syahril kepada Kompas.com, Kamis (18/8/2022).

Meskipun begitu, pemerintah tetap memperhatikan perkembangan demam lassa, karena penyakit tersebut merupakan penyakit menular.

"Semua penyakit menular menjadi perhatian. Tapi karena belum banyak menyebar belum menjadi prioritas utama," jelas Syahril.

Perlu diketahui jika demam lassa adalah penyakit zoonosis atau menginfeksi manusia dari kontak dengan hewan terinfeksi.

Hewan tersebut adalah tikus Mastomys yang menularkan virus lewat urin dan tinja mereka.

Demam lassa bukan merupakan penyakit yang baru terdeteksi, penyakit tersebut sudah  ditemukan sejak 30 tahun yang lalu.

Berikut ini adalah gejala yang ditimbulkan dari demam lassa dikutip dari laman Kemenkes:

  • Gejala ringan: demam ringan, sakit kepala dan malaise.
  • Gejala berat: pembengkakan wajah, terdapat cairan di rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung, saluran vagina atau pencernaan, dan tekanan darah rendah.
  • Gejala lanjutan: adanya protein urin, shock, kejang, tremor, disorientasi, dan koma.

Baca juga: Muncul Virus Langya di China, Virus Apa Itu? Ini Gejala dan Penularannya

Demam lassa mematikan

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa demam lassa merupakan penyakit yang setara dengan demam berdarah.

Hal tersebut disebabkan karena demam lassa dapat membuat penderitanya mengeluarkan darah dari bagian tubuh penderitanya.

Bahkan untuk gejala yang disebabkan oleh demam lassa di kawasan tropis seperti Indonesia, sering dikira tipes atau malaria.

"Sumber penularannya dari tikus. Kotoran tikus, kencing tikus ini mencemari makanan yang dikonsumsi manusia," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (17/8/2022).

Demam lassa merupakan penyakit endemis atau yang berkembang banyak di Afrika, khususnya Nigeria yang paling terdampak.

Baca juga: Demam Berdarah Dengue, Ini Gejala hingga Pengobatan DBD

Dicky menyebut jika demam lassa adalah penyakit mematikan dan berpotensi menjadi epidemi untuk kawasan yang memiliki sistem sanitasi yang buruk.

Mesipun begitu, untuk Indonesia sendiri potensi penyebaran demam lassa dinilai sangat kecil.

Hal tersebut disebabkan masyarakat Indonesia saat ini berpergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat yang tidak berkemungkinan membawa tikus dari luar negeri.

"Kalau zaman dulu namanya tikus ada dari kapal-kapal laut yang melakukan perjalanan, saat ini orang lebih banyak berpergian dengan pesawat terbang," ujar Dicky.

Namun, Dicky tetap menyarankan agar masyarakat mewaspadai demam lassa, hal tersebut disebabkan masih adanya alam liar di wilayah Indonesia.

Selain itu juga masih banyak masyarakat Indonesia yang hidup di tempat-tempat kumuh dengan sanitasi yang buruk. "Ini tentu yang bisa berisiko," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com