Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tidak Bisa Mati, Anugerah atau Kutukan?

Kompas.com - 16/08/2022, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA umumnya manusia lebih menginginkan usia panjang ketimbang usia pendek. Berbagai cara diupayakan agar manusia dapat hidup lebih lama, bahkan kalau bisa selama-lamanya agar jangan pernah mati.

Ada pula teknologi krionik yang membekukan jenazah manusia sambil menunggu teknologi yang mampu menghidupkan kembali jenazah manusia yang dibekukan secara krionikal.

Peradaban Mesir kuno memumikan jenazah manusia yang kerap didampingi mumi satwa demi mengawetkan jenazah yang diyakini di masa depam akan bisa dihidupkan kembali dari alam baka kembali ke alam fana.

Secara legal, hukuman mati memang merupakan hukuman terberat bagi manusia. Namun bicara tentang kematian ternyata hukuman paling berat bagi manusia yang paling jahat justru tidak bisa mati.

Contoh legendaris adalah Rahwana melarikan diri akibat dikejar-kejar oleh Hanuman sehingga terjepit oleh dua bukit yang merupakan jelmaan kepala dua anak Rahwana yang sengaja dibunuh oleh Rahwana demi meyakinkan Shinta bahwa Rama dan Laksmana sudah dipenggal oleh Rahwana.

Akibat memiliki aji Rawarontek dan Pancasona maka menurut Ramayana versi India, Rahwana terkutuk tidak bisa mati sehingga hidup abadi menderita terjepit dua bukit sampai masa kini, bahkan masa depan sampai akhir jaman nanti.

Di dalam Ramayana juga tampil tokoh bernama Parasurama yang juga tidak bisa mati kecuali dibunuh sesama titisan Wisnu.

Maka Parasurama terpaksa hidup menderita sambil terus berkelana untuk mencari siapa yang mampu membinasakan dirinya sampai akhirnya beruntung bisa berjumpa dengan Sri Rama sebagai sesama titisan Wisnu.

Di dalam kisah Wayang Purwa, Parasurama hadir pada sosok Rama Bargawa yang tampil dalam berbagai versi beda dari Ramayana termasuk versi akhirnya moksha sebagai brahmana.

Di sisi lain anugerah yang paling baik untuk orang yang paling baik ternyata bukan tidak bisa mati, tetapi dapat menentukan saat akhir hidupnya sendiri.

Tokoh yang dianugerahi oleh para Dewata kemampuan menentukan saat mati diri sendiri adalah Bisma Dewabrata yang telah mengorbankan segala-galanya demi kerukunan keturunan dinasti Bharata seperti terkisah di dalam wiracarita Mahabharata.

Meski pengorbanan Bisma Dewabrata sia-sia belaka sebab akhirnya Pandawa dan Kurawa saling membunuh pada Bharatayudha di padang Kurusetra.

Di masa kini sudah tersedia metode medis bagi manusia untuk menentukan saat ajal diri sendiri seperti Bisma Dewabrata di masa dahulu kala itu, yaitu euthanasia yang sudah bisa dilakukan di Swiss, Selandia Baru dan beberapa negara bagian Amerika Serikat, namun masih belum dilegalkan di lain-lain negara termasuk Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com