Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan di Musim Kemarau, Ini Berbagai Fenomena Atmosfer yang Menjadi Penyebabnya

Kompas.com - 17/07/2022, 17:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hujan masih mengguyur beberapa wilayah Indonesia. Bahkan, intensitas hujan yang tinggi menyebabkan beberapa daerah terendam banjir.

Padahal, saat ini Indonesia seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Lantas, mengapa masih turun hujan saat musim kemarau?

Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto mengatakan, guyuran hujan di musim kemarau disebabkan masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global dan regional.

Di antaranya, fenomena La Nina dan Dipole Mode untuk skala global, serta Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby di skala regional.

"Karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut, memicu terjadinya anomali atau perubahan cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," kata dia saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (17/7/2022).

Baca juga: Penyebab Hujan di Musim Kemarau Sering Terjadi di Indonesia

Adapun perkiraan BMKG, hujan masih akan membasahi sebagian wilayah Indonesia untuk satu pekan ke depan, yakni 16-23 Juli 2022.

Lalu, apa itu fenomena-fenomena atmosfer yang menyebabkan turunnya hujan di musim kemarau?

Berikut ulasannya:

1. Fenomena La Nina

Guswanto menyampaikan, fenomena La Nina pada Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah.

Hal ini, turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia.

Dilansir dari Kompas.com, La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin. Fenomena ini merupakan salah satu faktor penyebab musim hujan di Indonesia.

Fenomena La Nina sendiri adalah kebalikan dari fenomena El Nino, penyebab panas di Indonesia.

Fenomena La Nina terjadi ketika suhu muka laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal.

Pendinginan ini berpotensi mengurangi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah.

Baca juga: Mengenal Fenomena La Nina, Proses Terjadinya hingga Dampaknya bagi Kita

Selain itu, hembusan angin pasat (trade winds) juga lebih kuat dari biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan ke Indonesia. Ini menyebabkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

6 Tanda yang Menunjukkan Seseorang Cerdas Tanpa Berbicara

Tren
Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Badai Matahari Besar Picu Kemunculan Aurora di Inggris sampai AS, Apa Dampaknya?

Tren
Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Kondisi Thalasemia, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Media Asing Ramai-ramai Soroti Rasisme Oknum Suporter Indonesia ke Guinea

Tren
Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com