Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
A Kurniawan Ulung
Dosen

Dosen program studi Hubungan Internasional di Universitas Satya Negara Indonesia

Selamatkan Harimau Sumatra!

Kompas.com - 05/07/2022, 11:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

HARI Harimau Sedunia jatuh pada 29 Juli. Saya berharap, perayaan Hari Harimau Sedunia di Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai seremoni tahunan semata, tetapi diikuti dengan aksi kolaborasi yang lebih kuat dan konkret antara pemerintah, aparat hukum, dan masyarakat untuk sama-sama menyelamatkan harimau kita dari kepunahan.

Negeri kita dianugerahi tiga jenis harimau, yakni harimau bali, harimau jawa, dan harimau sumatra.

Harimau bali dan harimau jawa sudah tidak ditemukan lagi. Harimau bali dinyatakan punah tahun 1940-an, sedangkan harimau jawa dinyatakan punah tahun 1980-an.

Kini, hanya harimau sumatra yang tersisa di negeri ini, dan seperti dua kerabatnya, harimau sumatra juga terancam punah.

Jumlahnya terus berkurang dari tahun ke tahun akibat berbagai faktor, mulai dari konflik dengan warga, alih fungsi habitat aslinya, hingga perburuan dan perdagangan ilegal.

Baca juga: Terjerat Perangkap Pemburu, Kaki Seekor Harimau Sumatra Terpaksa Diamputasi

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah harimau sumatra di alam liar tersisa 603 ekor.

Angka itu sangat mengkhawatirkan, bukan hanya karena predator top ini adalah ikon Indonesia, tetapi lebih karena di habitatnya, harimau sebetulnya memiliki peran penting sebagai penjaga tatanan dan keseimbangan ekosistem.

Fakta bahwa semakin banyak harimau kita yang terusir dari rumahnya tidak dapat disangkal. Selain itu, banyak dari mereka ditembak, diracun, dan dijerat untuk dibunuh dan diperjualbelikan.

Berita tentang harimau sumatra mati akibat perburuan liar sering dikabarkan media. Pada 24 April lalu, misalnya, tiga harimau sumatra ditemukan tewas di Kabupaten Aceh Timur, Aceh, dengan kondisi kepala dan kaki terjerat kawat baja (sling).

Pada Agustus tahun lalu, tiga harimau sumatera juga ditemukan mati di Kabupaten Aceh Selatan.

Seperti tiga harimau di Aceh Timur, tiga harimau di Aceh Selatan ini juga ditemukan dalam kondisi yang sama: terlilit kawat baja.

Hati saya pilu karena tiga harimau yang mati di Aceh Selatan berjenis kelamin betina dan dua anakan.

Populasi harimau sumatra di Sumatra semakin kritis. Peningkatan populasinya tampak semakin suram akibat semakin banyak induk dan anak harimau yang mati.

CITES

Indonesia telah meratifikasi CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) sebagai rezim internasional perlindungan terhadap harimau sumatra dan satwa-satwa langka lainnya dari ancaman perburuan dan perdagangan ilegal.

Sebagai rezim internasional, CITES mengandung prinsip, norma, dan aturan tentang bagaimana flora dan fauna yang terancam punah seharusnya diperlakukan dan dilindungi dari segala bentuk eksploitasi dan ancaman perdagangan ilegal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com