DAPAT dikatakan bahwa industri hiburan memiliki daya pengaruh tersendiri terhadap kebudayaan.
Secara langsung maupun tak langsung produk industri hiburan potensial membentuk apa yang disebut sebagai lifestyle alias gaya hidup sebagai bagian hakiki dari pop culture alias kebudayaan popular.
Lihat saja keberhasilan pop culture yang diekspor oleh Korea Selatan memengaruhi gaya hidup bangsa Indonesia lewat drakor serta konser musik grup penyanyi merangkap penari Korsel yang melariskan tiktok.
Sampai ada tokoh politik Indonesia menyapreskan diri dengan tiktok menampilkan video isyarat sarangbeo, eh saranghaeyo atau entah apa itu namanya.
Film cowboy bikinan Amerika mau pun Italia memengaruhi kesadaran publik di seantro dunia tentang kebudayaan cowboy Amerika Serikat sebagai pembuka wilayah Barat Amerika Serikat tanpa segan menggusur kaum pribumi Amerika yang keliru disebut sebagai Indian gegara Columbus keliru menduga dirinya mendarat di India.
Begitu besar pengaruh film Cowboy sehingga di masa kanak-kanak saya menolak berbusana gaya Gatotkaca karena lebih bangga berbusana gaya Cowboy.
Akibat sibuk bermain game maka generasi muda maupun tua Indonesia lebih kenal peradaban China dan Babilonia ketimbang kerajaan Majapahit dan Pajajaran apalagi Kutai.
Berkat kebudayaan pop-kuliner yang disebar oleh MacDonald maka masyarakat Indonesia lebih bangga makan hamburger ketimbang mie bakso.
Namun sebenarnya industri hiburan bisa bermanfaat bagi mereka yang ingin mengembangkan wawasan pengetahuan tentang sains dan teknologi.
Misalnya dengan menonton serial film waralaba Jurassic saya dapat memperluas wawasan pengetahuan tentang teori evolusi, genetika, paleobiologi dan paleontologi khususnya tentang andaikatamologi mahluk yang disebut dinosaurus masih hidup di masa kini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.