Pada Agustus 1977, pencarian SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) yang dilakukan oleh teleskop Big Ear Ohio State University menemukan ledakan elektromagnetik yang sangat kuat, berdurasi satu menit.
Ledakan itu berkobar pada frekuensi yang diduga oleh para ilmuwan dapat digunakan oleh peradaban alien.
Pencarian lanjutan di wilayah ruang yang sama semuanya kembali dengan tangan kosong.
Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sinyal tersebut mungkin berasal dari bintang mirip matahari yang terletak di konstelasi Sagitarius.
Meski demikian, sumber sinyal tersebut masih menjadi misteri.
Astronom China ingin mengesampingkan interferensi radio karena telah terkenal menghalangi ilmuwan pemburu alien di masa lalu.
Pada 2019, para astronom melihat sinyal yang dipancarkan ke Bumi dari Proxima Centauri, sistem bintang terdekat dengan Matahari dan rumah bagi setidaknya satu planet berpotensi layak huni.
Baca juga: Benarkah NASA Akan Kirim Foto Telanjang Manusia untuk Menarik Perhatian Alien?
Sinyal itu adalah gelombang radio pita sempit yang biasanya diasosiasikan dengan benda-benda buatan manusia.
Studi baru yang dirilis dua tahun kemudian, menunjukkan bahwa sinyal itu kemungkinan besar dihasilkan oleh teknologi manusia yang tidak berfungsi.
Begitu halnya dengan rangkaian sinyal terkenal lain yang pernah diduga berasal dari alien, terdeteksi antara tahun 2011 dan 2014.
Sinyal itu ternyata sebenarnya dibuat oleh para ilmuwan yang menggunakan microwave untuk makan siang mereka.
Tonjie telah menambahkan bahwa timnya berencana untuk melakukan pengamatan berulang terhadap sinyal aneh untuk secara meyakinkan mengesampingkan gangguan radio dan memperoleh informasi sebanyak mungkin.
"Kami berharap teleskop Sky Eye menjadi yang pertama menemukan dan mengkonfirmasi keberadaan peradaban luar angkasa," kata Zhang.
Baca juga: Apakah Ada Bukti Keberadaan Alien atau Kehidupan di Planet Lain?