Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Tiga Cara meningkatkan Motivasi bagi Pendamping Down Syndrome

Kompas.com - 08/06/2022, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Febry Natasya, Viorra, Ni Made Gita Anandita Dewi, Monty P. Satiadarma

Down Syndrome (DS) merupakan sekumpulan kondisi kelainan fisik, mental, dan fungsional pada kromosom yang disebabkan oleh kehadiran genom tiga yang disebut juga sebagai trisomi 21 (Hobson, 1989).

Prevalensi penyandang DS di Indonesia pada anak-anak berumur 24-59 bulan meningkat dari tahun 2010 hingga pada tahun 2018 menjadi sebesar 0,21 persen (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Dengan adanya kelainan, para penyandang DS tentunya memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya adalah kesulitan dalam merawat diri.

Anak-anak penyandang DS yang akan memasuki usia sekolah belum terlatih untuk berbicara ketika ingin Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) (Dolva et al., 2004).

Berbeda dengan penyandang DS yang telah memasuki usia paruh baya, secara umum kesehatan mereka cukup baik, akan tetapi terdapat peningkatan masalah berat badan, penglihatan, dan juga pendengaran.

Walaupun gambaran kesehatan tersebut relatif tidak berisiko, bagaimanapun juga mereka tidak lebih kuat daripada orang-orang sebaya yang tidak mengidap DS. Mereka memiliki kondisi kesehatan tertentu yang perlu diperhatikan serta dirawat (Carr, 2008).

Para pendamping DS tentunya mengalami banyak tantangan, baik secara emosional maupun fisik dalam mengasuh.

Para pendamping yang menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan berharga seringkali mengorbankan kesehatan fisik dan mental mereka (Northouse et al., 2012; Williams, 2014).

Apabila selama tugas pengasuhan, mereka merasa terbebani ataupun stres, kesehatan orang yang menerima pengasuhan mereka juga akan terpengaruhi (Lindquist et al., 2012).

Lebih lanjut lagi, motivasi pendamping untuk memberikan perawatan dapat berdampak pada kemampuan mempertahankan perawatan dan makna yang diperoleh dari perawatan (Quinn et al., 2010).

Maka dari itu, dapat dilihat bahwa motivasi pendamping untuk mengasuh bermanfaat bagi diri mereka sendiri, maupun bagi penerima perawatan.

Motivasi merupakan istilah yang menunjukkan sebuah kekuatan yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak, mengarahkan perilaku dalam mencapai tujuan, dan menopang upaya yang dikeluarkan demi mencapai tujuan tertentu (Steers & Porter, 1991).

Ditinjau dari teori tersebut, motivasi para pendamping sangat penting untuk ditingkatkan karena nantinya akan berdampak pada kinerja mereka dan pada akhirnya dapat memengaruhi kualitas perawatan yang diberikan kepada orang yang menerima perawatan.

Kegiatan meningkatkan motivasi pendamping DS

Adapun teori-teori yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk menyusun kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan motivasi:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com