Alasan pemasaran menjadi dasar perubahan nama negara Eropa Tengah, yakni Republik Ceko.
Pada tahun 2016, pemerintah Republik Ceko secara resmi mengubah namanya menjadi Czechia.
Nama ini dinilai lebih pendek dan mudah dilampirkan ke produk.
Namun, Czechia terlalu mirip dengan Chechnya, sebuah Republik di utara Kaukasus, Eropa Timur, sehingga bisa menimbulkan kebingungan.
Meskipun Uni Eropa, PBB dan beberapa perusahaan besar menyebut Ceko sebagai Czechia, tetapi nama itu belum cukup dikenal secara internasional.
Pada 2020, Perdana Menteri Ceko Andrej Babis malah mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa dia sama sekali tidak menyukai nama Czechia.
Baca juga: Turki Ganti Nama Jadi Turkiye, Begini Cara Bacanya
Selanjutnya adalah negara kepulauan di samudra Atlantik bernama Cabo Verde.
Negara yang berada 700 km di lepas pantai Senegal ini mengajukan permintaan perubahan nama pada 2013.
Sebelumnya Cabo Verde disebut sebagai "Cape Verde" yang diambil dari bagasa Portugis cabo verde yang artinya "jubah hijau".
Menteri Kebudayaan saat itu mengatakan negara itu mencari nama standar yang tidak perlu diterjemahkan.
Dia juga berharap "Cabo Verde" akan memunculkan asosiasi positif dengan Matahari, laut, dan orang-orang yang bahagia.
Negara ketujuh yang juga mengubah namanya adalah Sri Lanka di selatan India.
Seperti Eswatini, Sri Lanka mengubah namanya dari nama sebelumnya, Ceylon, untuk melepaskan diri dari asosiasi kolonial.
Meskipun perubahan nama resmi dilakukan pada tahun 1972, ketika merdeka dari kekuasaan Inggris, baru pada 2011, Sri Lanka secara resmi menghapus nama kolonial lama Ceylon dari penggunaan pemerintah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.