PERTEMPURAN Midway merupakan satu di antara pertempuran terpenting di dalam kecamuk Perang Dunia II, khususnya di kawasan Pasifik sehingga tidak kurang dari tiga kali diangkat ke layar lebar oleh para tokoh senias.
Yang pertama kali adalah sutradara legendaris merangkap perwira Angkatan Laut Amerika Serikat, John Ford pada tahun 1942 menggarap film dokumenter dengan judul “The Battle of Midway” sebagai pelampiasan dendam kesumat angkatan bersenjata Amerika serikat terhadap serangan curang Jepang yang memporak porandakan Pearl Harbour.
The Battle of Midway memperoleh anugerah Oscar sebagai film dokumenter terbaik 34 tahun kemudian pada tahun 1976.
Sutradara Jack Smight, produsen The Mirisch Corporation melibatkan laskar mahabintang mulai dari Charlton Heston, Robert Mitchum, Henry Fonda, Glenn Ford, Cliff Robertson, Tom Seeleck sampai Toshiro Mifune menampilkan film ke dua tentang pertempuran Midway sebagai versi lebih berbumbu dramatisasi fiktif ketimbang film dokumenter John Ford.
43 tahun kemudian menjelang masa awal pagebluk Corona pada akhir 2019 sutradara kelahiran Stuttgart, Jerman Ronald Emmerich menggarap mahakarya film ke tiga tentang pertempuran Midway dengan judul Midway.
Film Midway berlatar kemelut pertempuran di kawasan kepulauan Midway melibatkan angkatan laut dan udara Amerika Serikat melawan Jepang menjadi dahsyat berkat sinematografi dengan teknologi audio visual mutakhir nan menggelegar mahakarya Robby Baumgartner.
Film yang dibintangi Woody Harrelson sebagai admiral Chester W. Nimitz dan Etsushi Toyokawa sebagai admiral Isoroku Yamamoto ini lebih akurat secara historis ketimbang Midway 1976.
Wajar bahwa tiga film tentang pertempuran Midway produksi Amerika Serikat memang bertabur gelora semangat memuja-muji kejayaan militer Amerika Serikat.
Namun ada rasa getir menyelinap di lubuk sanubari ketika menonton tiga film perang tersebut.
Tiga film tersebut tidak menghiraukan amanat penderitaan rakyat tak berdosa yang terpaksa jatuh sebagai korban Perang Dunia II.
Juga mereka yang jatuh menjadi korban di medan perang senantiasa terbatas hanya para serdadu belaka.
Para jenderal, presiden dan kaisar yang memaksa para serdadu terjun ke medan perang atas nama bangsa dan negara pada lazimnya selamat sebab aman dari desingan peluru tajam serta ledakan bom atau torpedo berdampak fatal.
Dua perang dunia di abad XX beda dari Bharatayudha sebab Kurawa dan Pandawa ikut terjun langsung ke medan perang di padang Kurusetra sehingga seluruh Kurawa beserta Bisma Dewabrata, Karna, Dorna, Sengkuni ikut perlaya bersama Gatotkaca, Abimanyu, Wirawan.
Mungkin Vladimir Putin begitu gemar perang sehingga tega menyerang Ukraina akibat gemar menonton film perang. Mungkin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.