Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Panas, Bahayakah Tidur Semalaman di Lantai?

Kompas.com - 19/05/2022, 13:03 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cuaca terik atau panas dirasakan sejumlah masyarakat di sejumlah wilayah di Indonesia, terutama pada siang atau malam hari.

Suhu yang terik membuat gerah dan berkeringat, terlebih jika berada pada ruangan non-AC.

Untuk mendinginkan tubuh atau mencari kenyamanan, sebagian orang memilih untuk tidur beralaskan lantai yang terbuat dari keramik, tegel, dan lainnya.

Baca juga: Cuaca Panas, Bahayakah Tidur Semalaman Pakai Kipas Angin?

Lalu, bahayakah jika seseorang memilih tidur di lantai semalaman saat cuaca panas?

Penjelasan dokter

Dokter spesialis paru dan konsultan onkologi di RSUD Pirngadi Medan Mohammad Ramadhani Soeroso menyampaikan, hingga saat ini belum ada penelitian yang mengungkapkan terkait bahaya tidur di lantai semalaman. 

Akan tetapi, tidur di lantai berisiko mengganggu kesehatan karena banyak kuman dan bakteri.

"Menurut penelitian, lantai banyak kuman dan bakteri. Jenis bakteri tersebut ialah streptococcus (25 persen)," ujar Ramadhani saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/5/2022).

Baca juga: Pilih Kardio atau Angkat Beban untuk Turunkan Berat Badan?

.SHUTTERSTOCK .

Bakteri jenis Streptococcus penumoniae, imbuhnya dapat menyebabkan gangguan pada saluran napas atau infeksi paru.

Hal itu juga dibenarkan oleh dokter spesialis penyakit dalam, Andi Khoemini Takdir Haruni.

"Tidur di lantai sebenarnya tidak menyebabkan penyakit apa pun secara langsung, kecuali jika lantai kotor, maka debu dan kotoran bisa terhirup," kata Andi, terpisah Rabu (18/5/2022).

Adapun gejala seseorang alergi atau ketika menghirup debu, yakni:

  • Bersin
  • Pilek
  • Gatal, mata merah
  • Batuk
  • Mengi
  • Kesulitan bernapas

Baca juga: Bagaimana Cara Mengetahui Kondisi Paru-paru Kita Sehat atau Tidak?

Paru-paru basah dan reumatik

Sementara itu, masyarakat awam meyakini bahwa orang yang sering tidur di lantai bisa menyebabkan paru-paru basah dan rematik.

Andi pun menjelaskan, kedua kondisi tersebut mungkin berkaitan, namun tidak secara umum.

"Paru-paru basah itu dikenal sebagai pneumonia, sementara rematik itu gout. Tapi enggak semua kena juga, kalau daya tahan tubuhnya kuat ya tidak apa-apa," ujar Andi.

Baca juga: 6 Cara Membersihkan Paru-paru dari Racun Akibat Rokok

Menurutnya, gout atau asam urat bisa disebabkan karena faktor cuaca dingin dan memperburuk kondisi sebagian orang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com