Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Taufik
Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Dosen dan Ketua Moderasi Beragama UIN Imam Bonjol Padang. Direktur Eksekutif Mata Institute

MotoGP, Pawang dan Masyarakat Prismatik

Kompas.com - 24/03/2022, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pawang dan dukun pakaian hidup

Tidak terbantahkan lagi bagi masyarakat nusantara pawang atau dukun sudah menjadi laku keseharian.

Mungkin saja dalam penamaan yang berbeda-beda, namun sesungguhnya praktik itu secara umum hidup.

Di Minangkabau, contoh, pawang hujan dinamakan tukang sarang hari. Tukang sarang hari ini tidak hanya direpresentasikan dari kalangan tradisional, namun juga diasosiasikan terhadap person yang memiliki latar agama yang kuat.

Laku semacam ini tidak hanya menjadi gejala masyarakat umum yang tradisional. Sekelas pejabat pemerintah, politisi dan TNI-Polri tidak bisa dilepaskan dengan praktik dukun ini ketika menjalankan tugasnya.

Sudah banyak riset yang membuktikan bahwa masyarakat modern dan maju masih tetap menjalani ritual tertentu dalam memenuhi hajatnya.

Alam rasionalitas semacam ini terasa canggung dan menggelikan, namun sejatinya dipraktikan secara sembunyi-sembunyi.

Oleh sebab itu meminjam bahasa Geertz (1992), perlu pendekatan kebudayaan dengan cara menyelami dan menafsirkan simbol-simbol dan makna kultural lebih mendalam dan menyeluruh dari titik pijak pelaku kebudayaan itu sendiri sehingga yang lain dapat menangkap mengapa, latar belakang, faedah, fungsi dan tujuan seseorang dalam menjalankan unsur-unsur kebudayaan.

Kebudayaan adalah tenunan makna dan kadang sebagian orang terperangkap dalam itu atau dalam terminologi Weber bahwa manusia merupakan seekor binatang yang bergantung dalam jaringan-jaringan makna yang ditemukan sendiri.

Artinya bahwa dalam pengaruh kebudayaan ini juga berdampak terhadap rasionalisasi agama. Maka wajar saja terkadang rasionalisasi agama memunculkan goncangan terhadap tatanan sosial masyarakat.

Apa yang menjadi perbincangan sekarang di media sosial adalah bagaimana rasionalitas sains dan agama mengguncang praktik kebudayaan.

Simpulannya dengan tetap dalam alur Geerzt bahwa kegiatan pawang di Sirkuit Mandalika sekurang-kurangnya merupakan kegiatan yang memperjelas tentang sesungguhnya seperti apakah orang Indonesia itu.

Oleh karenanya keberhasilan dalam menjangkau makna adalah kunci karena kebudayaan merupakan sebuah teks yang perlu ditafsirkan maknanya daripada sekadar melihatnya sebagai pola perilaku yang sifatnya konkret.

Kehadiran simbol-simbol (kemenyan, kendi, air, bunga mawar, melati, kenanga, kopi, rokok dan sebagainya) akan menjadi pola makna yang kemudian menjadi milik kolektif suatu kelompok yang akhirnya menyejarah.

Akhirnya, Indonesia memiliki kemajemukan ideologis dan kepercayaan (doctrinal belief). Memahami Indonesia mesti membuka lebih luas dimensi-dimensi sosiologis dan antropologis (kebudayaan).

Jika ini tidak dihampiri dalam ranah ini, maka sudah bisa dipastikan masuk dalam kecambah gagal faham bahkan bisa bias kognisi.

Oleh karenanya, setiap kebudayaan memiliki cara hidupnya sendiri yang mesti dipahami dalam konteks dan kebudayaan yang bersangkutan.

Kadang kita menilai pakaian orang lain dengan ukuran baju kita sendiri. Wallahua’lam bishawab.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com