Akibatnya, kinerja otak anak tidak maksimal dan pertumbuhannya terlambat.
Jangka panjangnya, seseorang yang mengalami stunting berpotensi melahirkan generasi stunting dan berisiko terkena penyakit kronis.
Baca juga: Penjelasan Ahli Gizi soal Benarkah Susu Beruang Berkhasiat Tangkal Virus Corona...
Faktor lingkungan tempat pertumbuhan anak juga bisa mempengaruhi terjadinya stunting.
Misalnya, lingkungan tidak higienis, sanitasi air kurang baik, dan infeksi akibat MPASI dan makanan yang kurang bersih.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI) bersama Imperial College London, Inggris menyebutkan bahwa paparan asap rokok bisa menyebabkan anak mengalami stunting.
Pernyataan tersebut juga ditegaskan oleh Maria yang menyebutkan bahwa anak yang terpapar asap rokok berjam-jam berpotensi terkena stunting.
“Apabila anak terpapar asap rokok selama lebih dari 3 jam, maka ia akan berpotensi 10 kali terkena stunting,” imbuhnya.
Baca juga: INFOGRAFIK: Rokok dan Vape, Apa Bedanya?
Berikut langkah pencegahan stunting pada anak:
Pencegahan stunting pada anak bisa dilakukan sejak dini, yakni dengan melakukan pemeriksaan bagi pasangan yang ingin menikah.
Dilansir dari Kompas.com (28/1/2022), calon pasangan yang akan menikah bisa melakukan pemeriksaan lingkar lengan atas, berat badan, indeks massa tubuh, dan Hemoglobin (Hb) untuk mencegah kelahiran bayi stunting.
Pencegahan stunting bisa dilakukan dengan pemenuhan asupan gizi ibu hamil.
“Disarankan yang paling utama adalah dengan mengonsumsi nutrisi alami, seperti protein hewani, zat gizi, dan nutrisi lainnya,” kata Maria.
Vitamin dan suplemen bagi ibu hamil sifatnya hanya pendukung.
Vitamin dan suplemen ini bisa menjadi pilihan alternatif bagi ibu hamil yang alergi terhadap makanan tertentu.
Baca juga: Simak, Saran Ahli Gizi soal Makanan untuk Pasien Covid-19