Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analisis Epidemiolog soal Penyebaran Varian Omicron di Indonesia

Kompas.com - 18/01/2022, 06:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Kebanyakan orang yang terinfeksi tidak bergejala

Sejauh ini, imbuhnya 90 persen orang yang terinfeksi varian Omicron tidak bergejala.

Hal itu karena saat ini sudah banyak yang memiliki imunitas, baik karena vaksinasi, pernah terinfeksi, maupun sudah terinfeksi lalu melakukan vaksinasi.

Mnurutnya hal tersebut tetap berbahaya. Karena dengan gejala ringan atau tanpa gejala orang-orang bisa bebas beraktivitas.

Baca juga: Cara Download Sertifikat Vaksin Standar WHO di PeduliLindungi

Dampak terparah apabila kemudian menginfeksi orang-orang yang berisiko tinggi seperti lansia, komorbid, ibu hamil, dan lainnya.

"Banyak kelompok berisiko tinggi belum divaksinasi, termasuk anak-anak atau bayi atau ibu hamil. Ini yang terlihat di banyak negara. 20 persen dampaknya lebih berat pada anak karena mayoritas mereka belum divaksinasi. Kematian pada anak lebih signifikan terjadi setelah Omicron," katanya lagi.

Selain peningkatan kasus, salah satu hal yang dikhawatirkan yakni tumbangnya fasilitas kesehatan hingga kekurangan sumber daya manusia (SDM) akibat banyaknya tenaga kesehatan dan pelayan publik yang sakit atau menjalani karantina.

"Bisa kolaps. Stok makanan berkurang. Testing sulit, karena nakesnya banyak yang sakit. Dampak Omicron ini lebih besar, memang bukan pada aspek individu, tapi public health-nya dan sektor kesehatannya banyak sektor yang terganggu," ungkap Dicky.

Baca juga: Kapan Pasien Covid-19 Varian Omicron Dinyatakan Sembuh dan Selesai Isolasi?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com