Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Babak Belur Belajar Kemanusiaan

Kompas.com - 09/01/2022, 12:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA berkeyakinan bahwa kemanusiaan adalah mahkota peradaban. Tanpa kemanusiaan, peradaban umat manusia rawan bersifat buruk bahkan destruktif.

Hal itu telah dibuktikan oleh para tokoh yang menyalahgunakan kemanusiaan sebagai alasan untuk melakukan kekerasan, kekejaman bahkan kebengisan terhadap sesama manusia.

Maka di masa sisa hidup makin mendekat ajal, saya ingin mempelajari apa yang disebut sebagai kemanusiaan.

Ibu Theresa

Semula saya ingin belajar kemanusiaan dari tokoh pejuang kemanusiaan yang saya kagumi, yaitu Ibu Theresa.

Namun berhubung Ibu Theresa melakukan perjuangan menjunjung tinggi kemanusiaan bukan di Indonesia, tetapi di India, maka sebagai warga Indonesia saya belum sempat menjumpai beliau.

Bahkan pada tanggal 5 September 1997, Ibu Theresa meninggalkan dunia fana ini. Pupuslah harapan saya berjumpa dengan beliau untuk belajar kemanusiaan dari tokoh pejuang kemanusiaan.

Namun sebenarnya saya tidak perlu ke India, sebab di Indonesia juga ada tokoh pejuang kemanusiaan tanpa pamrih, kecuali pamrih berjuang untuk menolong sesama manusia yang sedang menderita, yaitu Sandyawan Sumardi.

Berhubung di Indonesia saya punya seorang maha guru etika, yaitu Romo Frans Magnis Suseno yang kebetulan sama-sama Jesuitawan dengan Sandyawan Sumardi, maka saya mohon pendapat Romo Frans tentang rencana saya berguru kemanusiaan kepada Sandyawan Sumardi.

Romo Frans sepenuhnya mendukung hasrat saya belajar kemanusiaan dari Sandyawan Sumardi, yang menurut Romo Frans adalah Anugerah Tuhan.

Namun saya tidak pernah lupa pesan wanti-wanti Romo Frans bahwa dalam belajar kemanusiaan pasti saya akan memperoleh perlawanan dari pihak yang merasa dirugikan oleh kemanusiaan.

Menghambat

Semula saya tidak paham bagaimana kemanusiaan bisa merugikan manusia.

Namun setelah saya jatuh-bangun, maka babak-belur akibat mempelajari kemanusiaan dari bukan teori, namun sikap dan perilaku Sandyawan Sumardi secara nyata pada kenyataan, lambat namun pasti akhirnya saya sadar tentang makna pesan Romo Frans bahkan niscaya ada pihak yang dirugikan akibat kemanusiaan.

Misalnya kemanusiaan merupakan kendala akhlak merugikan pihak-pihak yang ingin menyengsarakan sesama manusia.

Kemanusiaan jelas menghambat hasrat seorang lelaki yang ingin memperkosa seorang perempuan.

Kemanusiaan potensial menghambat perintah seorang jenderal kepada para anak-buahnya untuk membinasakan sesama manusia yang dianggap sebagai musuh.

Kemanusiaan potensial menghambat kehendak penguasa menggusur rakyat miskin dan masyarakat adat atas nama pembangunan infrastruktur.

Kemanusiaan rawan menghambat nafsu para pebisnis untuk mengambil profit sebesar mungkin dari vaksin dan tes antigen/ PCR terhadap virus Corona yang kini disebut Omicron setelah Delta.

Kemanusiaan menghambat angkara murka Kurawa menyengsarakan Pandawa. Kemanusiaan menghambat hasrat Adolf Hitler membinasakan jutaan kaum Yahudi.

Kemanusiaan menghambat obsesi Stalin menyingkirkan segenap pihak yang tidak sepaham politis dengan dirinya.

Kemanusiaan menghambat gelora Revolusi Kebudayaan yang dicanangkan oleh Mao sehingga para Pengawal Merah tega menghancurkan kedua belah tangan sepupu saya yang pianis berbakat cemerlang.

Kemanusiaan menghambat hasrat entah siapa yang pada suatu malam hari pasca G-30-S di Bali tega menyulik ayah kandung saya sehingga sampai kini tidak jelas jenazah beliau berada di mana.

Namun kemanusiaan pula lah yang justru terbukti menggerakkan lubuk sanubari para warga hati yang berbaik hati menyelamatkan ibu kandung dan saudara-saudari kandung saya dari angkara murka para perusak kemanusiaan sehingga sanak-keluarga kandung saya dapat melarikan diri dari pulau Bali ke pulau Jawa.

Kemanusiaan

Meski habis-habisan dihujat sebagai lemah, lembek, penakut, pengecut, dungu, anakronis, ketinggalan jaman mau pun munafik sok berperikemanusiaan, namun saya tetap berupaya teguh berpegang pada keyakinan bahwa pada masa sisa hidup yang sudah makin mendekat ke arah ajal ini, saya ingin mempelajari demi lebih menghayati apa yang disebut kemanusiaan sebagai mahkota peradaban selaras makna adiluhur terkandung pada sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial Untuk Seluruh Rakyat Indonesia. MERDEKA !

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com