Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Penyakit Paling Mematikan di Dunia, Apa Saja?

Kompas.com - 23/11/2021, 14:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Saat seseorang membicarakan mengenai penyakit yang paling mematikan di dunia, mungkin mereka akan berpikir tentang penyakit yang akan memberikan dampak seketika, atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan,

Namun pada kenyataannya, hal itu tidaklah sepenuhnya benar.

Dikutip dari Healthline,  data menunjukkan mereka yang meninggal justru sebanyak 68 persennya akibat penyakit yang berkembang lambat.

Beberapa penyakit paling mematikan tersebut ternyata sebenarnya beberapa di antaranya bisa dicegah.

Baca juga: 6 Bagian Tubuh yang Mengeluarkan Sinyal Serangan Jantung

Secara lengkap berikut ini 10 penyakit paling mematikan di dunia:

1. Penyakit jantung coroner

Penyakit jantung coroner adalah penyakit yang paling mematikan di dunia. Ia disebut pula dengan Penyakit Jantung Iskemik.

Penyakit jantung coroner atau CAD ini terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke jantung menjadi menyempit.

CAD yang tak diobati bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung, dan aritmia.

Adapun sejumlah risiko pemicu penyakit jantung adalah:

  • Kolesterol tinggi,
  • Darah tinggi,
  • Merokok,
  • Diabetes,
  • Riwayat keluarga,
  • Kelebihan berat badan.

Sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit jantung yakni:

  • Olahraga teratur,
  • Menjaga berat badan ideal,
  • Makan-makanan seimbang rendah natrium
  • Banyak makan buah dan sayur,
  • Minum air putih. 

Baca juga: 6 Makanan yang Baik Dikonsumsi untuk Penderita Sakit Jantung

 

2. Stroke

Kondisi stroke terjadi saat arteri di otak tersumbat maupun bocor.

Hal ini mengakibatkan sel-sel otak yang kekurangan oksigen bisa mati dalam beberapa menit.

Saat mengalami kondisi stroke maka sejumlah kondisi yang bisa dialami yakni mati rasa dan kebingungan atau mengalami kesulitan berjalan dan melihat.

Nantinya apabila kondisi ini tak segera diobati maka bisa mengakibatkan cacat jangka panjang.

Seseorang yang tak segera mendapat perawatan ketika serangan stroke maka biasanya akan mengalami kecacatan.

Adapun sejumlah faktor risiko stroke di antaranya yakni: tekanan darah tinggi, riwayat keluarga stroke, dan merokok.

Baca juga: Gejala-gejala Stroke yang Harus Diwaspadai

3. Infeksi saluran pernapasan bawah

Infeksi saluran pernapasan bawah merupakan infeksi pada saluran udara dan paru-paru.

Adapun sejumlah penyebab terjadinya penyakit ini di antaranya:

  •  Influenza, atau flu
  •  Radang paru-paru
  •  Bronkitis
  •  Tuberculosis (TBC)

Penyakit ini bisa disebabkan oleh bakteri namun juga bisa karena virus. Pada infeksi ini, batuk adalah gejala utama.

Namun mungkin akan diikuti dengan gejala sesak napas, mengi dan perasaan sesak di dada.

Baca juga: 5 Bahaya TBC yang Perlu Diwaspadai

4. Penyakit paru obstruktif kronik

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru progresif yang berdampak jangka panjang hingga membuat seseorang sulit bernapas.

Bronkitis dan emfisema meupakan jenis PPOK.

Berikut ini sejumlah faktor risiko penyebab penyakit PPOK:

  • Merokok atau perokok pasif
  • Iritasi paru-paru seperti asap kimia
  • Riwayat keluarga, dengan gen AATD dikaitkan dengan COPD
  • Riwayat infeksi saluran pernapasan saat kecil.

Baca juga: Tanda dan Gejala Awal Kanker Paru-paru pada Pria

 

5. Kanker trakea, bronkus, dan paru-paru

Penyakit ini bisa menyerang siapa saja namun kemungkinan besar mempengaruhi mereka yang memiliki riwayat merokok.

Faktor risiko lain untuk penyakit ini adalah lingkungan dan riwayat keluarga.

Dalam sebuah studi tahun 2015 dilaporkan bahwa kanker pernapasan menyumbang sekitar 4 juta kematian setiap tahun di negara maju.

Adapun di negara berkembang peneliti memproyeksikan peningkatan kasus ke angka 81 hingga 100 persen pada kanker pernapasan akibat polusi dan merokok.

SBanyak negara Asia, terutama India, masih menggunakan batu bara untuk memasak. Padahal emisi bahan bakar padat menyumbang 17 persen kematian akibat kanker paru-paru pada pria dan 22 persen pada wanita.

Baca juga: Max Sopacua Meninggal Diduga Kanker Paru, Ini Gejala dan Pemicunya

6. Diabetes Melitus

Diabetes merupakan kelompok penyakit yang mempengaruhi produksi dan penggunaan insulin.

Pada diabetes tipe 1 pankreas tidak bisa memproduksi insulin dengan penyebab yang tidak diketahui.

Adapun pada diabetes tipe 2 pankreas tak menghasilkan cukup insulin atau insulin tak bisa dipakai secara efektif.

Pada diabetes tipe 2 ini bisa disebabkan pola makan yang buruk, kurang olahraga dan kelebihan berat badan.

Meskipun penyakit ini tak bisa dicegah namun seseorang bisa mengontrol keparahan gejala dengan berolahraga secara teratur dan jaga nutrisi.

Baca juga: 9 Tes untuk Diagnosis Diabetes yang Bisa Dilakukan

 

7. Alzheimer

Penyakit Alzheimer atau demensia merupakan penyakit progresif yang menghancurkan memori dan mengganggu fungsi mental normal termasuk pemikiran, penalaran dan perilaku khas.

Penyakit Alzheimer adalah demensia yang paling umum.

Penyakit ini dimulai dengan menyebabkan masalah memori ringan, kesulitan mengingat informasi, dan tergelincir dalam ingatan. Namun, seiring waktu, penyakit ini berkembang dan Anda mungkin tidak memiliki ingatan dalam jangka waktu yang lama.

Adapun sejumlah risiko Alzheimer yakni:

  •  Seseorang berusia di atas 65 tahun
  •  Riwayat penyakit dalam keluarga
  •  Mewarisi gen untuk penyakit dari orangtua Anda
  •  Gangguan kognitif ringan yang ada
  •  Sindrom Down
  • Gaya hidup tidak sehat
  • Trauma kepala sebelumnya.

Baca juga: Alzheimer

8. Dehidrasi karena diare

Diare adalah saat Anda buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari.

Jika diare berlangsung lama maka tubuh akan kehilangan air dan garam.

Inilah yang kemudian menyebabkan dehidrasi hingga kematian.

9. Tuberkolosis

Tuberkolosis atau TB merupakan kondisi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Ini merupakan bakteri udara yang bisa diobati namun beberapa resisten terhadap pengobatan konvensional.

Berikut ini sejumlah faktor risiko tuberculosis yakni:

  • Diabetes
  • Infeksi HIV
  • Berat badan lebih rendah
  • Kedekatan dengan orang lain dengan TB
  • Penggunaan obat-obatan tertentu secara teratur seperti kortikosteroid atau obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh. 

10. Sirosis

Sirosis merupakan hasil dari jaringan parut kronis jangka panjang dan kerusakan hati.

Kerusakan yang timbul mungkin akibat penyakit ginjal atau bisa pula karena kondisi hepatitis dan alkoholisme kronis.

Hati berfungsi menyaring zat berbahaya dari darah dan mengirimnya ke seluruh tubuh. Saat hati rusak, maka zat berbahaya akan menyebabkan jaringan parut terbentuk.

Jika itu terjadi maka hati harus bekerja keras untuk bisa berfungsi dengan baik.

Adapun sejumlah risiko penyakit ini yakni:

  • Penggunaan alkohol kronis
  • Akumulasi lemak di sekitar hati (penyakit hati berlemak nonalkohol)
  • Hepatitis virus kronis

 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 5 Makanan yang Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com