KOMPAS.com - Hari ini 109 tahun lalu, salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, Muhammadiyah, didirikan pada 18 November 1912 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H.
Muhammadiyah didirikan pertama kali di Yogyakarta.
Berdirinya Muhammadiyah tak lepas dari sosok Muhammad Darwis yang kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan, seorang pegawai Kraton Yogyakarta.
Melansir laman resmi Muhammadiyah, di Kraton, KH Ahmad Dahlan bertugas sebagai seorang khatib. Selain itu, ia juga diketahui berprofesi sebagai pedagang.
Kegelisahannya dalam melihat kondisi Muslim Indonesia yang saat itu banyak melakukan hal-hal bersifat mistis, menggerakkan hati KH Ahmad Dahlan untuk mengajak mereka kembali ke ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan hadits.
Kemudian, KH Ahmad Dahlan menjadikan surau milik ayahnya, Abu Bakar, sebagai tempat untuk berdakwah dan mengajarkan ilmu.
Gagasan kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi merupakan hasil interaksi Kiai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo, yaitu R Budihardjo dan R Sosrosugondo.
Nama "Muhammadiyah" pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat KH Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang penghulu Kraton Yogyakarta.
Untuk memutuskannya, KH Ahmad Dahlan melakukan shalat istikharah.
Kemudian, pada 18 November 1912 akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama "Muhammadiyah" di Yogyakarta.
Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada 20 Desember 1912 dengan mengirim "Statuten Muhammadiyah" (Anggaran Dasar Muhammadiyah pertama) yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.
Kata "Muhammadiyah" secara bahasa berarti "pengikut Nabi Muhammad".
Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan atau menghubungkan dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Saat awal berdiri, hanya terdapat 9 orang pengurus inti Muhammadiyah yaitu KH Ahmad Dahlan sebagai ketua; Abdullah Sirat sebagai sekretaris; Ahmad, Abdul Rahman, Sarkawi, Muhammad, Jaelani, Akis, dan Mohammad Fakih sebagai anggota.
Sementara itu, para anggota hanya dibatasi pada penduduk Jawa dan Madura yang beragama Islam.