Meskipun demikian, di sisi lain, perubahan yang dilakukan pemerintah setelah mendapat banyak kritikan masyarakat bisa dipandang sebagai bentuk keterbukaan pembuat kebijakan terhadap kritik.
Selain juga bentuk adaptasi dari perkembangan situasi yang terjadi.
Menurut Gabriel, situasi pandemik memang mensyaratkan kecepatan pemerintah dalam merespons segala perubahan.
"Perubahan itu dapat ditafsir sebagai bentuk kalkulasi yang kurang matang, tapi juga dapat dilihat sebagai bentuk upaya pemerintah untuk terus melakukan penyesuaian, apalagi di tengah tekanan publik yang kuat," kata dia.
Baca juga: Berubah lagi, Aturan Terbaru Naik Pesawat Kini Boleh Pakai Antigen
Pihaknya menyebut kondisi yang terjadi saat ini, yaitu seringnya aturan dan kebijakan mengalami penyesuaian, menurut dia lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Lebih baik punya pemerintah yang responsif-adaptif walau kadang dinilai tidak konsisten, ketimbang pemerintah yang hanya sekadar mau jaga konsistensi, termasuk konsisten dalam kesalahannya dan tidak responsif terhadap perubahan," ujar dia.
Ia mencontohkan harga PCR yang kini sudah diturunkan seiring perkembangan situasi pandemi di Tanah Air.
"Jika mau konsisten, ketentuan dan hsrga PCR tidak usah diubah. Padahal banyak hal sudah berubah, seperti tingkat penyebaran yang menurun dan vaksinasi yang naik," sebut dia.
Baca juga: Syarat Perjalanan Sering Berubah-ubah, Kemenhub: Kebijakan Mengikuti Situasi Pandemi