Michael mengatakan, sampel A adalah sampel yang langsung diperiksa apakah betul seorang atlet menggunakan doping atau tidak.
Pemeriksaan ini juga dilakukan dengan persetujuan tanda tangan dari atlet, dilihat oleh saksi, penulisan nomor, sehingga tidak mungkin sampel ditirukan atau dimanipulasi.
"Sampel A itu akan diperiksa semua bahan-bahan yang dianggap dapat berpotensi jadi doping untuk kecurangan," ujar Michael.
Menurut dia, jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif doping, maka nama atlet akan diumumkan.
Kemudian, petugas akan menanyakan apakah betul atlet menggunakan doping atau mengonsumsi suplemen/vitamin yang menyebabkan hasil pemeriksaan jadi positif.
Michael menjelaskan, obat flu dapat membuat tes doping seorang atlet menjadi positif.
Sebab, di dalam obat flu ini ada etil-propanol-amin yang membuat flu sembuh.
"Nah itu sama seperti golongan simptometik yang dapat menimbulkan doping dan ini enggak bisa dipisahkan, maka dianggapnya doping," jelas Michael.
Oleh karena itu, saat diperiksa, atlet harus menyebutkan apa yang diminum dan dikonsumsi selama ini, apakah itu vitamin dan suplemen.
Lantaran sanksi yang akan didapat sangat berat, di sini peran dokter olahraga sangat penting.
Mereka tidak akan sembarangan memberikan vitamin, obat-obatan, terutama yang mengandung doping kepada atlet.
Sebab, jika hasil tes positif, maka akan menyusahkan atlet, pengurus cabang olahraga, dan negara.
"Karena namanya akan dimasukkan dalam daftar atlet yang menggunakan doping," ujar Michael.
"Sehingga dia dicoret, termasuk dokternya yang memberikannya pun harus bertanggung jawab. Jika sengaja memberikan doping maka jadi tersangka," lanjut dia.
Saat hasil tes menunjukkan positif doping, Michael mengatakan, petugas akan meminta pengakuan atlet tersebut.