Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Belajar Kebal Dipuji dan Dihujat

Kompas.com - 12/10/2021, 13:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

UNTUK dapat mengerti kenapa FPI ditakuti bahkan dibenci masyarakat maka saya mengundang Habib Rieziq Shihab menjadi narasumber acara gelar wicara Jaya Suprana Show.

HRS

Sebenarnya saya tidak mengharap pujian namun saya terkejut ketika ternyata acara wawancara saya terhadap Habib Rieziq Shihab memperoleh begitu banyak pujian dari para simpatisan HRS.

Di sisi lain sebenarnya saya tidak mengharap hujatan namun saya terkejut ketika ternyata acara wawancara saya terhadap Habib Rieziq Shihab memperoleh begitu banyak hujatan dari para antipatisan HRS.

BTP

Untuk dapat lebih mengerti mengenai bagaimana Basuki Tjahaja Purnama memperkuat keimanan dalam menghadapi Cotona yang sempat memapar beliau maka saya mengundang BTP untuk menjadi narasumber acara gelar wicara Jaya Suprana Show dengan tema "Ajaran Yesus Kristus sebagai Pedoman Hidup".

Sebenarnya saya tidak mengharap pujian namun saya terkejut ketika ternyata acara wawancara saya terhadap Basuki Tjahaja Purnama memperoleh begitu banyak pujian dari para simpatisan BTP.

Di sisi lain sebenarnya saya juga tidak mengharap hujatan namun saya terkejut ketika ternyata acara wawancara saya terhadap Basuki Tjahaya Purnama memperoleh begitu banyak hujatan dari para antipatisan BTP.

Kesadaran

Dari pengalaman mewawancara HRS dan BTP saya belajar kesadaran bahwa mustahil ada manusia apalagi saya yang bebas kritik.

Bahkan di dalam Kitab Suci Nasrani bagian Perjanjian Baru terkisah bahwa Yesus Kristus yang sangat saya hormati terbukti bukan cuma dikritik namun malah disalib.

Dari sisi lain pengalaman mewawancara HRS dan BTP saya juga memperoleh kesadaran bahwa bersahabat dengan siapa pun saya harus siap dipuji oleh mereka yang bersahabat dengan yang saya sahabati.

Saya harus siap menghadapi risiko dihujat oleh mereka yang tidak bersahabat dengan yang saya sahabati. Saya belajar kebal dipuji dan dihujat.

Pendek kata saya wajib mewujudkan kearifan leluhur Jawa yang diajarkan oleh mahaguru Kejawen saya, Eddy Hariyadhi, yaitu ojo seneng yen dialem, ojo sengit yen cinacat alias jangan senang jika dipuji, jangan marah jika dihujat.

Pada hakikatnya kearifan leluhur Jawa ojo seneng yen dialem, ojo sengit yen cinacat merupakan bagian melekat pada falsafah Jawa yang sangat saya kagumi yaitu ojo dumeh.

Inti makna adiluhur ojo dumeh juga terkait inti makna adiluhur kearifan Islam jihad al nafs sebagai pedoman hidup agar saya senantiasa wajib berupaya menaklukkan diri saya sendiri demi jangan sampai bersikap takabur dalam menempuh perjalanan hidup nan sarat beban deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com