Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Maria Ressa, Dmitry Muratov, dan Pesan untuk Para Pemberani

Kompas.com - 12/10/2021, 09:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HAI, apa kabarmu?

Semoga kabarmu baik karena anugerah kesehatan raga, pikiran, dan juga jiwa yang turut kamu upayakan juga.

Tidak mudah untuk tetap sehat baik raga, pikiran, dan jiwa pada saat bersamaan. Apalagi, pada situasi penuh tekanan karena pandemi nyaris dua tahun ini.

Hari kesehatan mental sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober sejak 1992 tampaknya hendak mengingatkan hal ini. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pemerintah seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan mental di semua tingkatan karena melonjaknya kasus kesehatan mental.

WHO mengedepankan kampanye “Perawatan Kesehatan Mental untuk Semua: Mari Kita Wujudkan” sebagai tema hari kesehatan mental tahun ini.

Isu kesehatan mental makin mengemuka lantaran data yang menunjukkan dekatnya gangguan kesehatan mental dengan kehidupan kita sehari-hari.

Di Australia, didapati bahwa 1 dari 5 warganya mengalami gangguan kesehatan mental pada satu kurun waktu tertentu.

Data yang sama menyebutkan, 1 dari 2 atau separuh populasi Australia pernah mengalami gangguan mental dalam hidupnya.

Menurut riset kesehatan nasional Indonesia (2013) dengan populasi penduduk 250 juta, sekitar 3,7% (9 juta) penduduk Indonesia menderita depresi.

Sekitar 6% (14 juta) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan mood (suasana hati) seperti depresi dan kecemasan.

Nyaris dua orang per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan psikologis kronis.

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia memiliki tujuan umum untuk mengadvokasi tentang kesehatan mental dan mendidik masyarakat tentang isu-isu yang terkait.PEXELS/MIN AN Hari Kesehatan Jiwa Sedunia memiliki tujuan umum untuk mengadvokasi tentang kesehatan mental dan mendidik masyarakat tentang isu-isu yang terkait.
Ini data lama, delapan tahun lalu. Survei terbaru belum dilakukan atau belum dipublikasikan.

Melihat tantangan dunia yang makin kompleks ditambah situasi pandemi, isu kesehatan mental di dunia juga di Indonesia tampaknya makin serius.

Karena itu, memastikan kesehatan raga, pikiran, dan juga jiwa atau mental kita adalah bagian dari upaya bersama mewujudkan kesehatan masyarakat.

Tekanan dan kecemasan lebih dari satu tahun karena pandemi yang mengganggu kesehatan mental kita mulai longgar. Semoga ini berkontribusi baik untuk kesehatan mental kita semua.

Jalan-jalan sudah ramai dan bahkan macet. Pusat-pusat belanja dan wisata mulai dipadati pengunjung. Sekolahan, perkantoran, dan rumah peribadatan mulai difungsikan.

Pembatasan, larangan, dan sejumlah aturan yang menekan mulai dilonggarkan karena kemampuan kita bersama mengendalikan penyebaran virus dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Sejumlah besar aktivitas yang mulai normal diikuti perbaikan kondisi ekonomi berdampak baik pada kesehatan mental. Kecemasan dan tekanan yang dominan mengganggu kesehatan mental berkurang.

Soal kecemasan dan tekanan itu, dua hari sebelum peringatan hari kesehatan mental, tepatnya 8 Oktober 2021, ada kabar menggembirakan yang melegakan dan melonggarkan tekanan.

Maria Ressa, pemimpin redaksi media Filipina, Rappler, dipenjara 6 tahun karena dinyatakan bersalah atas kasus pencemaran nama baik Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.EPA via BBC INDONESIA Maria Ressa, pemimpin redaksi media Filipina, Rappler, dipenjara 6 tahun karena dinyatakan bersalah atas kasus pencemaran nama baik Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Komite Nobel menetapkan dua jurnalis yaitu Maria Ressa (Filipina) dan Dmitry Muratov (Rusia) memenangi Nobel Perdamaian 2021.

Maria (58) dan Dmitry (59) dipilih dari 329 kandidat untuk Nobel Perdamaian 2021 berkat perjuangan dan keberanian mereka membela kebebasan berekspresi di negaranya masing-masing.

Komite menyebut Maria dan Dmitry sebagai perwakilan semua jurnalis yang membela cita-cita kebebasan berekpresi.

Perjuangan dan keberanian Maria dan Dmitry yang dilalui dengan penuh risiko dan ancaman diakui dan mendapatkan dukungan dunia.

Komite Nobel memuji Maria karena menggunakan kebebasan berekspresi untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan kekerasan, dan otoritarianisme di Filipina.

Karena kritik terbuka atas kebijakan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Maria yang mendirikan Rappler (2012) pernah dihukum atas pencemaran nama baik (2020).

Kasus hukum ini dianggap sebagai ujian kebebasan pers Filipina. Kritik yang disampaikan Maria terkait isu-isu misogini (kebencian terhadap perempuan), kebohongan, hak asasi manusia, dan korupsi. 

Menanggapi hal ini, Rappler mengatakan "terhormat dan terkejut" bahwa kepala eksekutifnya telah diberikan hadiah Nobel Perdamaian.

"Itu tidak mungkin datang pada waktu yang lebih baik, saat jurnalis dan kebenaran diserang dan dirusak," ujar Rappler dalam pernyataannya.

Perjuangan penuh kegigihan dan keberanian Maria di bidang jurnalistik didasari pada keyakinannya bahwa dunia tanpa fakta adalah dunia tanpa kebenaran dan kepercayaan.

Fakta sebagai pijakan pencarian kebenaran dan kepercayaan menjadi nilai yang terus diperjuangkan dengan sikap meragu-ragu atau tidak mudah percaya.

Sikap ini yang ditulis Maria di profil akun instagramnya. Sikap skeptis.

Sikap yang sama dikemukakan sesaat setelah mendengar kabar dari Komite Nobel Perdamaian. Kita semua berjuang dengan penuh keberanian untuk mengungkap fakta.

Editor surat kabar oposisi Rusia, Novaya Gazeta, Dmitry Muratov.Yuri Kadobnov / AFP Editor surat kabar oposisi Rusia, Novaya Gazeta, Dmitry Muratov.
Sementara Dmitry dari Rusia adalah pemimpin redaksi koran Novaya Gazeta yang didirikannya sejak 1997 atau 24 tahun lalu.

Sepert Maria, Dmitry mendapat Nobel Perdamaian 2021 untuk upaya-upayanya menyelamatkan kebebasan berekspresi yang menjadi prasyarat untuk demokrasi dan perdamaian abadi.

Mendapati kegembiraan di tengah perjuangan penuh tantangan dan tekanan itu, Dmitry tertawa.

Dmitry yang menghadapi situasi "gila" di Rusia tidak menyangka sama sekali.

Menurut Dmitry, Nobel Perdamaian 2021 adalah hadiah bagi jurnalisme Rusia yang saat ini sedang ditekan.

Kegigihan, idealisme, keteguhan pada pendirian, dan keberanian Dmitry di negaranya yang penuh tekanan diakui juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dengan canggung.

Sementara dari Filipina, tidak ada kabar bagaimana Presiden Duterte merespons pengakuan tingkat dunia untuk individu yang dinyatakan bersalah di Filipina untuk aktivitas yang sama.

Komite Nobel menegaskan, kebebasan berekspresi dalam hal ini kebebasan pers melindungi masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan, kebohongan, dan propaganda atasnya.

Menurut Komite Nobel, Maria dan Dmitry adalah perwakilan dari semua jurnalis dan semua pihak yang berupaya membela cita-cita mulia ini.

Penegasan ini melegakan. Di tengah upaya gigih dengan keberanian namun penuh risiko di dalam negeri, penegasan dan dukungan masyarakat internasional melegakan.

Kita dengan cita-cita mulia yang diperjuangkan dengan penuh keberanian tidak sendirian.

Karena itu, Maria dan Dmitry spontan merespons dukungan ini dengan tertawa tanda kelegaan di tengah tekanan.

Tekanan untuk jurnalisme mungkin tidak berkurang seperti dialami Maria dan Dmitry.

Keyakinan adanya dukungan dan teman yang berjuang bersama melonggarkan tekanan mental dan memberi tambahan keberanian. 

Tuhan bersama para pemberani.

Salam berani
Wisnu Nugroho

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com