Fortune menuliskan, Nicke menghadapi tiga kali kejutan selama setahun pandemi Covid-19, yaitu jatuhnya harga minyak, penurunan permintaan bahan bakar, dan tekanan nilai tukar rupiah.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan penurunan tajam dalam pendapatan (turun 24 persen) dan laba (turun 58,4 persen) Pertamina tahun 2020.
Setelah kondisi telah membaik, Pertamina mencapai target produksi pada paruh pertama tahun 2021. Meski demikian, Covid-19 diperkirakan akan kembali membebani kinerja perusahaan.
Pertamina juga mengalami kebakaran di dua kilangnya awal tahun ini.
Di tengah tantangan tersebut, Fortune menyebut Nicke berupaya mendukung transisi energi di Indonesia, dengan membangun portofolio sumber energi terbarukan.
Hal itu dilakukan untuk menggerakkan negara yang lebih bersih di masa depan.