Kekuatan ledakan itu, menurut peneliti dari University of Western Ontario, Elizabeth Silber dan Peter Brown, setara dengan 50 kiloton bom TNT.
Kekuatan itu dua sampai tiga kali lipat lebih kuat dari ledakan bom atom yang terjadi saat perang dunia ke-II.
Para astronom dunia terkejut karena mereka tidak mendeteksi keberadaan asteroid ini sebelum menghunjam Bumi.
Berdasarkan data statistik menyangkut populasi asteroid yang beredar di dekat Bumi, asteroid-asteroid cukup besar seperti yang jatuh di Bone biasa menghantam bumi dalam kisaran 2-12 tahun sekali.
Thomas Djamaluddin, yang saat itu merupakan Astrofisikaswan LAPAN, mengatakan, asteroid yang jatuh di Bone merupakan asteroid pertama di Indonesia yang berhasil teridentifikasi ukuran dan daya ledaknya pasca-peristiwa ledakannya terjadi.
"Kesaksian warga yang menyaksikan peristiwa tersebut merupakan informasi yang sangat penting dalam membantu proses identifikasi benda asing yang jatuh, selain perhitungan yang dilakukan oleh peneliti," ungkap Thomas.
Thomas menyebutkan, berdasarkan informasi yang dimilikinya, di Indonesia pernah dua kali terjadi peristiwa ledakan asteroid.
Berdasarkan laporan majalah Astronomi, peristiwa pertama terjadi di Perairan Maluku pada tahun 1980-an dan peristiwa kedua terjadi di kawasan Teluk Bone tahun 2009.
"Peristiwa yang terjadi di Perairan Maluku tercatat dalam laporan Majalah Astronomi. Lintasan benda asing yang diduga meteor terdeteksi di satelit, namun ukuran dan daya ledaknya tidak teridentifikasi," ujar Thomas.
(Sumber: Kompas.com/Fifi Dwi Pratiwi | Editor: Yunan, MSH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.