Menurut epidemiolog Indonesia di Universitas Grifftith Australia Dicky Budiman, pandemi Covid-19 gelombang ketiga masih sangat mungkin terjadi.
Hal itu menurut Dicky karena mayoritas masyarakat Indonesia belum mempunyai imunitas untuk melawan virus atau tingkat vaksinasi yang masih cukup rendah.
“Dalam artian imunitas itu dari vaksin, vaksinasi dosis penuh, apapun vaksinnya. Ini kan 80 persenan (masyarakat) masih rawan karena belum mendapat vaksin,” kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/9/2021).
Hingga 19 September 2021, jumlah penerima vaksin Covid-19 dosis pertama di Indonesia mencapai 79.515.356 orang.
Sedangkan penerima vaksin Covid-19 dosis kedua sebanyak 45.134.194 jiwa. Target penerima vaksin Covid-19 di Indonesia adalah sebanyak 208.265.720 orang.
Artinya, saat ini jumlah pemilik imunitas dari vaksin Covid-19 hanya sekitar 38 persen.
Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...
Selain cakupan vaksinasi, hal yang mempengaruhi munculnya gelombang ketiga adalah ancaman mutasi virus.
Tak hanya virus corona varian Delta, tetapi juga varian Alpha maupun varian lain yang dapat membuat kondisi rentan dan mendorong potensi terjadinya pandemi Covid-19 gelombang ketiga.
Dicky menuturkan, adanya varian-varian baru Covid-19 juga sangat rawan memunculkan kembali gelombang ketiga.
“Ini yang harus dipahami dan tidak ada negara yang meskipun vaksinasinya sudah lebih dari 60 persen bisa menghindari gelombang ketiga, sulit,” kata dia.
Dicky menjelaskan, potensi pandemi Covid-19 gelombang ketiga bersifat dinamis.
“Dulu saya memprediksi Oktober, tapi ini berubah lagi, mundur lagi, jadi Desember. Desember pun gelombangnya menurun juga, merendah, nggak sebesar seperti prediksi sebelumnya,” tutur dia.
Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 RI Diprediksi Desember, Ini Peringatan Epidemiolog