Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kompetisi Fusion Versus Fission

Kompas.com - 08/09/2021, 20:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA suka fusion jazz tapi kurang suka fusion food sebab lidah saya bingung maka tidak bisa menikmatinya.

Ternyata ada pula reaktor fusion nuklir. Bahkan konon reaktor fusion nuklir lebih aman dan lebih tidak memanaskan planet bumi ketimbang reaktor fission nuklir yang kini sudah mendunia.

Beda

Meski mirip namun fusion dengan u beda dari fission dengan i dan s ganda. Reaktor fission nuklir sudah menjamur di planet bumi sementata reaktor fusion nuklir masih merupakan wacana angan-angan yang belum (terlalu) berhasil diwujudkan menjadi kenyataan pembangkit tenaga nullir.

Namun reputasi reaktor fission nuklir telah tercemar oleh berbagai tragedi nuklir seperti yang telah terjadi di Tchernobyl, Three Mile Island dan Fukushima.

Maka pemerintah Swiss bukan saja tidak mau membangun reaktor fission nuklir namun bahkan secara bertahap menutup reaktor fission nuklir yang sudah telanjur beroperasi di dalam negeri untuk diganti pembangkit energi lebih aman dan bersih lingkungan maka berkelanjutan.

Keunggulan

Saya awam nuklir maka saya tidak berani komentar terhadap keyakinan para ilmuwan pendukung reaktor fusion nuklir bahwa fusion memiliki keunggulan terhadap fission dalam cukup banyak hal.

Misalnya reaktor fission nuklir memecah atom berat untuk menjadi lebih ringan demi memanaskan air menjadi uap pembangkit energi sementara reaktor fusion nuklir membangkitkan panas dengan menggarap atom ringan menjadi lebih berat sehingga lebih bebas risiko kecelakaan.

Beda dari batu bara dan gas alam, fusion nuklir tidak menghasilkan karbon dioksida sebagai pemanas bumi.

Beda dari reaktor tenaga surya dan angin, fusion bisa bekerja non-stop tanpa tergantung cuaca.

Fusion lebih bebas risiko penyalahgunaan nuklir untuk membuat senjata nuklir sambil relatif lebih sedikit menghasilkan sampah radioaktif ketimbang fission.

Fastabiqul khoirot

Namun masalah utama yang menghambat pembangunan reaktor fusion nuklir di samping riset teknologi yang belum siap mewujudkan teori menjadi kenyataan operasional sebenarnya adalah masalah duit.

Reaktor fusion nuklir butuh dana investasi yang tidak kecil. Reaktor ini juga bersaing dengan pusat pembangkit tenaga surya dan angin yang makin efisien.

Para creator fission nuklir juga mati-matian berjuang menyempurnakan keamanan dan meningkatkan efisiensi reaktor fission nuklir agar mampu bertahan hidup dalam persaingan melawan reaktor fusion nuklir.

Sebagai konsumen energi, umat manusia termasuk saya tinggal menyaksikan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) antara fusion versus fission demi menghadirkan energi yang lebih aman, lebih murah, dan lebih ramah lingkungan sesuai agenda pembangunan berkelanjutan yang telah disepakati para negara anggota PBB sebagai pedoman pembangunan planet bumi tanpa merusak alam dan menyengsarakan manusia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com