Alhasil, Korea Selatan saat ini menjadi salah satu negara termaju di Asia. Produk-produk kebudayaan mereka pun (film, musik, makanan, fashion) memiliki pengaruh cukup besar di industri hiburan di Asia dan mampu bersaing ketat dengan dominasi kebudayaan Barat.
Bahasa, sastra, dan budaya Korea Selatan juga banyak dipelajari baik di lembaga pendidikan non-formal hingga universitas di berbagai negara, salah satunya di Indonesia.
Di sini jelas terlihat bahwa selain berfungsi membangun karakter dan moral masyarakat suatu bangsa, kebudayaan yang dikemas dan dikelola dengan baik memiliki pengaruh yang sangat positif untuk sektor-sektor lainnya.
Sejak maraknya globalisasi dan modernisasi, gempuran budaya asing semakin hari semakin tidak terkendali. Hal ini dapat dilihat dari popularitas produk-produk asing di Indonesia seperti fashion, film, elektronik, musik, bahasa, kuliner, hingga gaya hidup.
Banyak generasi muda kita yang merasa bangga meniru budaya asing dan lupa akan nilai-nilai luhur warisan budaya nenek moyang.
Faktanya, globalisasi telah banyak mengubah pola pikir dan pandangan generasi muda yang berpotensi mengikis kebudayaan lokal. Mereka yang masih menaruh perhatian pada seni tradisi agar tidak hilang oleh kemajuan zaman jumlahnya pun tidak banyak.
Jika tidak diantisipasi sedini mungkin, globalisasi akan memberikan peluang besar kepada bangsa lain untuk menginternalisasi budayanya pada masyarakat kita.
Secara tidak langsung budaya leluhur kita tidak hanya dipelajari, tetapi bisa saja diakui menjadi milik bangsa lain karena masyarakatnya yang kurang memperhatikan kebudayaannya sendiri.
Contohnya adalah lagu asal Maluku yang berjudul Rasa Sayang-Sayange yang sempat diklaim oleh Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia (Lubis, 2020). Selain memprihatinkan, peristiwa tersebut berpotensi memicu konflik antarnegara.
Dalam upaya mempertahankan eksistensi kebudayaan lokal dari ancaman globalisasi dan perkembangan teknologi-informasi, generasi muda harus secara kolaboratif dan partisipatif melakukan berbagai strategi pelestarian budaya.
Mengapa pemuda?
Sejarah mencatat pemuda memiliki peran penting dalam membentuk dan menjaga keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga di tangan merekalah masa depan kebudayaan akan ditentukan.
Alasan lainnya adalah karena pemuda selalu identik dengan gagasan dan kreativitasnya yang tinggi, ambisius, kolaboratif, idealis, memiliki etos kerja pengabdian yang tinggi, serta potensial mampu menjadi agent of change/development.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda untuk melestarikan kebudayaan lokal, antara lain,