Dari pantauan WHO, sementara ini prevalensi varian Mu masih rendah di seluruh dunia.
Sejauh ini, varian Mu tersebut menyebabkan kurang dari 0,1 persen infeksi Covid-19 secara global.
Adapun prevalensi yang berkembang di Kolombia adalah 39 persen dan Ekuador 13 persen.
Seberapa besar ancaman yang ditimbulkan dari varian ini masih belum pasti.
Hal itu tergantung seberapa parah gejala yang ditimbulkan dan kecepatan infeksinya.
Dalam varian ini ditemukan sekelompok mutasi yang mungkin membuatnya kurang rentan terhadap perlindungan kekebalan yang telah diperoleh banyak orang.
Kendati demikian, epidemiolog tetap mengimbau agar Indonesia tetap waspada.
Mengutip Harian Kompas, Selasa (1/9/2021), epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, Indonesia harus terus mewaspadai varian-varian baru yang kemungkinan akan terus muncul di berbagai negara.
Terutama adanya kecenderungan kenaikan kasus di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.
Menurut Dicky, vaksinasi tidak sepenuhnya menjamin seseorang tidak terinfeksi, meski terbukti bisa menurunkan risiko keparahan dan kematian pasien.
"Justru dikhawatirkan di negara yang vaksinasinya tinggi, tetapi penularannya juga tinggi akan muncul varian yang bisa menyiasati vaksin. Penggunaan booster vaksin yang tak terkontrol juga rentan memicu mutasi virus," ujar Dicky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.