Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Varian Mu, Bagaimana Potensinya Sampai ke Indonesia?

Kompas.com - 05/09/2021, 09:04 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan virus corona varian B.1.621 atau varian Mu ke dalam daftar variant of interest (VOI).

Para ilmuwan dan pejabat kesehatan masyarakat sedang menyelidiki apakah varian Mu lebih menular, atau menyebabkan penyakit yang lebih serius daripada varian Delta yang kini dominan di sebagian besar dunia.

Varian Mu ditambahkan ke daftar pantauan WHO pada 30 Agustus 2021 setelah terdeteksi di 39 negara.

Adapun varian ini pertama kali teridentifikasi di Kolombia pada Januari 2021.

Baca juga: Varian Virus Corona Baru Mu Masuk Pantauan, WHO: Lebih Kebal Vaksin

Bagaimana potensi masuknya varian Mu ke Indonesia? 

 

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengatakan, kemungkinan varian baru muncul dan masuk ke Indonesia akan selalu ada selama pandemi Covid-19 masih terjadi.

"(Kemungkinannya) Pasti ada," kata Riris saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/9/2021).

Dalam laporan Public Health England (PHE), varian Mu ditambahkan ke daftar varian yang sedang diselidiki pada bulan Juli dan menamainya sebagai VUI-21JUL-01.

Menurut Riris, varian ini dipantau berdasarkan perilakunya.

"Apakah varian ini punya kemampuan transmisi yang lebih tinggi, apakah menyebabkan penyakit yang lebih parah dan apakah mampu menghindari imunitas karena vaksin," jelas Riris.

Sejauh ini, varian Mu belum menimbulkan kekhawatiran sebesar Alpha dan Delta, yang diklasifikasikan sebagai varian kekhawatiran yang lebih serius.

Melansir The Guardian, Rabu (2/9/2021), varian ini dikhawatirkan kebal terhadap orang yang sebelumnya sudah divaksinasi.

Sedikitnya 32 kasus varian Mu telah terdeteksi di Inggris. Pola infeksinya menunjukkan bahwa varian itu dibawa oleh pelancong pada beberapa kesempatan.

Dalam laporan PHE pada bulan Juli, sebagian besar kasus varian Mu yang ditemukan di London terjadi pada mereka yang berusia 20-an. Beberapa dari mereka yang dites positif Mu telah menerima satu atau dua dosis vaksin Covid.

Sejauh ini, kasus Covid-19 akibat varian Mu baru terdeteksi di beberapa wilayah, seperti Amerika Selatan, Inggris, Eropa, AS, dan Hong Kong.

Baca juga: 4 Fakta Varian Baru Covid-19 Mu yang Disebut Kebal Vaksin

Prevalensi masih rendah

Dari pantauan WHO, sementara ini prevalensi varian Mu masih rendah di seluruh dunia.

Sejauh ini, varian Mu tersebut menyebabkan kurang dari 0,1 persen infeksi Covid-19 secara global.

Adapun prevalensi yang berkembang di Kolombia adalah 39 persen dan Ekuador 13 persen.

Seberapa besar ancaman yang ditimbulkan dari varian ini masih belum pasti.

Hal itu tergantung seberapa parah gejala yang ditimbulkan dan kecepatan infeksinya.

Dalam varian ini ditemukan sekelompok mutasi yang mungkin membuatnya kurang rentan terhadap perlindungan kekebalan yang telah diperoleh banyak orang.

Kendati demikian, epidemiolog tetap mengimbau agar Indonesia tetap waspada.

Mengutip Harian Kompas, Selasa (1/9/2021), epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan, Indonesia harus terus mewaspadai varian-varian baru yang kemungkinan akan terus muncul di berbagai negara.

Terutama adanya kecenderungan kenaikan kasus di sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat.

Menurut Dicky, vaksinasi tidak sepenuhnya menjamin seseorang tidak terinfeksi, meski terbukti bisa menurunkan risiko keparahan dan kematian pasien.

"Justru dikhawatirkan di negara yang vaksinasinya tinggi, tetapi penularannya juga tinggi akan muncul varian yang bisa menyiasati vaksin. Penggunaan booster vaksin yang tak terkontrol juga rentan memicu mutasi virus," ujar Dicky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com