KOMPAS.com - Hanya dalam tempo 10 hari sejak penarikan pasukan pimpinan asing pimpinan Amerika Serikat dari Afghanistan, Taliban sukses mengambilalih kekuasaan.
Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021), Taliban akhirnya berhasil menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan pada Minggu (15/8/2021).
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bahkan dilaporkan sudah mengungsi ke Oman dan menyerahkan kekuasaan negara ke tangan Taliban.
Tak hanya sang presiden, setelah ibu kota ditaklukkan, ribuan warga Afghanistan juga mencoba melarikan diri dari negara itu.
Lima orang dilaporkan tewas akibat berebut menaiki pesawat di bandara Kabul, Senin (16/8/2021).
Baca juga: Pemberitaan Surat Kabar di Dunia Saat Taliban Kuasai Afghanistan
Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021), Presiden AS Joe Biden bersikukuh bahwa keputusannya menarik pasukan AS dari Afghanistan adalah langkah yang tepat.
"Saya berdiri teguh dengan keputusan saya. Setelah 20 tahun, saya tahu tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik diri," kata Biden.
Kendati demikian, presiden dari Partai Demokrat itu mengaku sedih dengan situasi mengkhawatirkan yang saat ini terjadi di Afghanistan, terutama di Kabul.
Biden berjanji untuk memastikan hak-hak perempuan dan anak-anak tetap akan dilindungi, meski saat ini tengah terancam karena kembalinya kekuasaan ke tangan Taliban.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menegaskan bahwa pasukan Inggris dan NATO tidak akan kembali ke Afghanistan untuk memerangi Taliban.
Wallace bahkan menyebutkan bahwa kesuksesan Taliban mengambilalih kekuasaan di Afghanistan merupakan kegagalan komunitas internasional.
"Saya mengakui bahwa Taliban mengendalikan negara itu," kata Wallace.
Baca juga: Siapakah Taliban, Kelompok yang Mengambil Alih Kekuasaan Afghanistan?
Di sisi lain, sejumlah negara justru menyambut terbuka kesuksesan Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan.
Diberitakan Kompas.com, Selasa (17/8/2021) Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan, kekalahan AS di Afghanistan harus menjadi kesempatan untuk mengembalikan kehidupan, keamanan, dan kedamaian yang kekal di negara itu.
Dalam panggilan telepon kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Raisi mengatakan bahwa Iran mendorong semua kelompok di Afghanistan untuk bersatu.