Bicara soal toxic people, trauma dan stres membuat seseorang menjadi toxic people. Mengutip WebMD, untuk mengatasi trauma dan stres yang melanda, mereka tidak menjadi versi terbaik dari dirinya dan seringkali membuat orang kesal dengan tingkah lakunya serta menyebarkan emosi negatif.
Masalah toxic people, mengutip dari Psychology Today, tidak pernah terselesaikan. Mereka hanya menambah bumbu-bumbu drama agar mendapatkan simpati dan dukungan dari orang lain.
Mereka cenderung untuk manipulatif dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Mereka akan beralasan bahwa dirinya sedang dilanda stres sehingga membuat orang lain menyelesaikan masalahnya.
Menangani orang seperti itu akan menghabiskan energi kita karena toxic people memunculkan aura negatif yang menyebalkan.
Apabila diri kita terlalu memancarkan emosi negatif, hubungan kita dengan orang sekitar tentu menjadi tidak baik.
Padahal, menurut Haenim Sunim dalam bukunya The Things You Can See Only When You Slow Down: How to be Calm in a Busy World, salah satu indikator kebahagiaan adalah apakah hubungan kita dengan orang sekitar harmonis?
Pertanyaan itulah yang bisa jadi bahan renungan buat kita semua, terutama di momentum kemerdekaan seperti sekarang. Sudahkah kita memerdekakan diri dari semua hal yang membelenggu kita menjadi pribadi dan punya kehidupan yang lebih baik?
Apakah kita sudah menebarkan cahaya dan pancaran energi positif ke sekitar kita atau justru menyebarluaskan energi negatif?
Jangan-jangan secara tidak sadar kita hanya menjadi sumber air mata buat sekitar. Ubah pola pikir, bergegas sadar berubahlah menjadi sumber mata air bagi lingkungan terdekat. Mata air harapan, optimisme, inspirasi dan energi positif.
Buat Anda yang saat ini memiliki peran sebagai pimpinan, melalui momentum ini Anda dapat belajar menjadi pemimpin yang lebih humanis.
Memiliki kesadaran dan ambil peran meng-counter toxic culture di lingkungan professional dan pekerjaan Anda. Dalam hal ini pemimpin harus berperan sebagai penawar racun sosial.
Apa itu racun sosial ? Racun sosial terbentuk dari pembiaran munculnya sekelompok toxic people yang gemar menilai sesesuatu selalu dari sudut pandang negatif, tidak mau mengapresiasi, suka menghasut, senang mengadu domba, menyebarkan rumor dan selalu kompetitif.
Namun percayalah, perubahan yang baik selalu dimulai dari diri Anda sebagai pemimpin. Tunjukan sikap ksatria dilingkungan kerja.
Tunjukan kepada pengikut bahwa Anda selalu melihat seseorang dari keunggulan dan kebaikannya. Bersikap ksatria berarti juga dewasa mengakui setiap kelebihan dari orang lain, termasuk kita harus menerima dengan lapang dada apabila tim kita mengungguli kita.
Alih-alih mempersulit, sudah harusnya tugas pemimpin adalah mempermudah urusan pengikutnya.