Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Merdeka dari "Toxic Mindset"

Kompas.com - 17/08/2021, 15:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kenapa kita menjadi toxic people

Bicara soal toxic people, trauma dan stres membuat seseorang menjadi toxic people. Mengutip WebMD, untuk mengatasi trauma dan stres yang melanda, mereka tidak menjadi versi terbaik dari dirinya dan seringkali membuat orang kesal dengan tingkah lakunya serta menyebarkan emosi negatif.

Masalah toxic people, mengutip dari Psychology Today, tidak pernah terselesaikan. Mereka hanya menambah bumbu-bumbu drama agar mendapatkan simpati dan dukungan dari orang lain.

Mereka cenderung untuk manipulatif dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Mereka akan beralasan bahwa dirinya sedang dilanda stres sehingga membuat orang lain menyelesaikan masalahnya.

Menangani orang seperti itu akan menghabiskan energi kita karena toxic people memunculkan aura negatif yang menyebalkan.

Apabila diri kita terlalu memancarkan emosi negatif, hubungan kita dengan orang sekitar tentu menjadi tidak baik.

Padahal, menurut Haenim Sunim dalam bukunya The Things You Can See Only When You Slow Down: How to be Calm in a Busy World, salah satu indikator kebahagiaan adalah apakah hubungan kita dengan orang sekitar harmonis?

Pertanyaan itulah yang bisa jadi bahan renungan buat kita semua, terutama di momentum kemerdekaan seperti sekarang. Sudahkah kita memerdekakan diri dari semua hal yang membelenggu kita menjadi pribadi dan punya kehidupan yang lebih baik?

Apakah kita sudah menebarkan cahaya dan pancaran energi positif ke sekitar kita atau justru menyebarluaskan energi negatif?

Jangan-jangan secara tidak sadar kita hanya menjadi sumber air mata buat sekitar. Ubah pola pikir, bergegas sadar berubahlah menjadi sumber mata air bagi lingkungan terdekat. Mata air harapan, optimisme, inspirasi dan energi positif.

Buat Anda yang saat ini memiliki peran sebagai pimpinan, melalui momentum ini Anda dapat belajar menjadi pemimpin yang lebih humanis.

Memiliki kesadaran dan ambil peran meng-counter toxic culture di lingkungan professional dan pekerjaan Anda. Dalam hal ini pemimpin harus berperan sebagai penawar racun sosial.

Apa itu racun sosial ? Racun sosial terbentuk dari pembiaran munculnya sekelompok toxic people yang gemar menilai sesesuatu selalu dari sudut pandang negatif, tidak mau mengapresiasi, suka menghasut, senang mengadu domba, menyebarkan rumor dan selalu kompetitif.

Namun percayalah, perubahan yang baik selalu dimulai dari diri Anda sebagai pemimpin. Tunjukan sikap ksatria dilingkungan kerja.

Tunjukan kepada pengikut bahwa Anda selalu melihat seseorang dari keunggulan dan kebaikannya. Bersikap ksatria berarti juga dewasa mengakui setiap kelebihan dari orang lain, termasuk kita harus menerima dengan lapang dada apabila tim kita mengungguli kita.

Alih-alih mempersulit, sudah harusnya tugas pemimpin adalah mempermudah urusan pengikutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Tren
Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com